Telusur Sungai Mekong dari Dua Negara

Telusur Tonle sap dari pusat Kota Pnom Penh di Sisowath Quay
SUNGAI Mekong adalah salah satu sungai terpanjang di dunia. Panjangnya sekitar 4.350 km atau sekitar 2,29 kali lebih jauh jaraknya dari Jakarta-ke Ho Chi Minh. Karena panjangnya tersebut, sungai yang bersumber dari mata air Lasagongma di Tibet ini melalui berbagai negara-negara di kawasan Asia Timur dan negara-negara daratan Indochina di Asia Tenggara.
PETA aliran Sungai Mekong (garis biru). Source: alamy stock photo.
Dimulai dari Tibet, sungai ini kemudian mengalir ke beberapa kawasan di Tiongkok seperti Provinsi Yunnan, Kunming, lalu masuk ke kawasan Asia Tenggara melewati Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, dan berakhir di Vietnam, tepatnya di Ho Chi Minh.
Vietnamese lady boathing in the Mekong River, near Cai Be.
Di Ho Chi Minh, delta Sungai Mekong ini bercabang dua, yakni mengalir ke dua kawasan di My Tho dan Soc Trang, sebelum akhirnya sama-sama bermuara ke Laut Tiongkok Selatan.

Perjalanan kali ini, saya memutuskan tidak terlalu fokus pada rencana-rencana jadwal perjalanan yang saya susun. Awalnya, saya hanya ingin mengeksplorasi ibu kota Kamboja, Pnom Penh dan Siem Reap selama seminggu penuh. Rencana perjalanan yang saya susun kala itu, wisata sejarah ke Killing Field Choung Ek, Museum Genosida Tuol Sleng, lalu telusur Sungai Tonle Sap menuju Sungai Mekong sambil menikmati aktivitas suku Champa dan suku Khmer di rumah-rumah terapung (floating ville di Kampong Klang) di sepanjang garis sungai.

Namun pada akhirnya, itinerary yang saya susun seadanya saya batalkan. Saya mengubah perjalanan. Yang aturannya terbang dari Kuala Lumpur ke Pnom Penh, akhirnya terbang dari KL-Siem Reap. Terlebih dahulu saya mengeksplorasi kota kuno Kamboja yang masih eksis hingga sekarang ini.

(Selengkapnya baca DI SINI)

Dari rencana hanya di Kamboja, saya memutuskan untuk mengunjungi kembali Vietnam. Ho Chi Minh, kota terbesar Vietnam di selatan. Kota yang pada 2013 lalu pernah saya kunjungi, dan kelezatan kulinernya yang banyak dipengaruhi Prancis membuatku terpesona, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengunjunginya kembali.

Dari mengunjungi dua negara, Kamboja dan Vietnam ini, saya kembali menelusuri sungai Mekong. Di Kamboja, menikmati sungai Mekong bisa dengan menaiki kapal kayu besar dari sungai Tonle Sap di pusat Kota Pnom Penh.
BIKSU dan warga lokal menikmati tonlep sap dan sungai Mekong dari pinggiran Taman Sisowath Quay, Pnom Penh.
Pada sore hari, dari pelabuhan kapal wisata Sisowath Quay, baik warga lokal maupun turis akan menaiki kapal wisata kayu ini, mengelilingi tonle sap yang pernah dijadikan sebagai biosfer Unesco, 21 tahun lalu. Oleh warga lokal, tonle sap ini juga disebut Sungai Mekong. Padahal, sebenarnya ini dua yang berbeda. tonle sap adalah danau yang juga dialiri Sungai Mekong. Perpaduan aliran air di danau ini membuatnya unik.
 
Setiap tahun, akan ada dua kali aliran airnya berubah arah. Yang pasti juga tonle sap merupakan sungai kebanggaan dan sumber mata air penting Kamboja. Ketika mengalami pasang atau pun surut, sungai ini akan mempengaruhi luasnya dengan kentara. "Menyesuaikan musim," ujar So Thea Joo, staf One Stop Hostel @ Pub Street, hostel tempat saya menginap di Siem Reap. Dia seorang warga Pnom Penh yang merantau dan bekerja di sana.

"Apa keunikannya?" tanya ketika kami berbincang di ruang santai penginapan di lantai dua.

Dengan berbinar-binar dan semangat, Joo menjelaskan, saat curah hujan tinggi dari Juni hingga November, aliran air akan masuk dari Sungai Mekong menuju tonle sap sehingga menjadikan danau pasang, dan melebar hingga ratusan meter di masing-masing sisinya. Namun dari November ke Mei, Negeri Khmer ini akan masuk musim kemarau. Ukuran danau akan mengecil, dan aliran dari tonle sap berbalik arah menuju Sungai Mekong.
Pemandangan Pnom Penh dari sungai Mekong- tonle sap.
Demi apa, sesampai di Pnom Penh saya fokus memperhatikan aliran air tonle sap ini, sambil memperhatikan para warga lokal yang menghabiskan waktu sore di Taman Sisowath Quay. Benar saja, di satu November itu, aliran air bergerak ke kiri, yang bulan-bulan sebelumnya bergerak ke sebelah kanan.| Termasuk unik ya, karena setiap tahunnya selalu berubah arah.

Baik aliran Sungai Mekong dan Tonle Sap tidak dapat dipisahkan di Kamboja. Sungai ini bisa dinikmati dari pusat Kota Pnom Penh hingga ke berbagai distrik lainnya di negeri tersebut. Di sepanjang pinggir sungainya, Kerajaan Kamboja membangun taman Sisowath Quay yang dimulai dari seberang Royal Palace hingga Rusian Night Market. Kawasan ini menjadi pusat yang paling ramai sepanjang tahun di pusat kota ini.
RUMAH warga lokal di pinggiran sungai Mekong di pelabuhan Tien Giang menuju Cai Be.
Lain halnya di Vietnam. Untuk bisa melihat langsung delta Sungai Mekong, harus terlebih dulu mengunjungi beberapa desanya. Kalau 2013 lalu, saya mengunjungi Delta Mekong dari Pedesaan Benh Thre. Maka akhir dua minggu lalu, saya menikmatinya dari Desa Cai Be di Provinsi Tien Giang. Jaraknya sekitar 3,5 jam menggunakan mini van bus dari pusat Ho Chi Minh.
Pasar apung ala Sungai Mekong, Vietnam.
Saya mengambil paket wisata dengan membayar VND 290 ribu (sekitar Rp 180 ribu) untuk ini. Pelayanannya mulai dari layanan jemputan dari penginapan di Pham Ngu Lao Ward. Menuju delta Sungai Mekong ini, saya bersama 15 pengunjung dari multinegara. Empat warga India, tiga warga Singapura,  empat warga Jerman, satu orang Prancis, serta dua warga Italia, dan satu warga Amerika Serikat, serta saya sendiri dari Indonesia.

Setelah semua peserta tur dijemput dari penginapan masing-masing, kami pun berangkat. Pertama kali dibawa ke pusat kerajinan warga lokal. Di sana, seluruh pengunjung bisa menikmati pho (baca: Fhe), mie kuah Vietnam yang mienya terbuat dari tepung beras. Selain itu, bisa juga menikmati secangkir kopi Vietnam dengan harga terjangkau, atau membeli rupa-rupa kerajinan, seperti sabun, tas, pajangan, dan lainnya yang semuanya terbuat dari bahan dasar kelapa.
SUNGAI Mekong dari Vietnam, kerap disebut Mekong Delta, karena di negara inilah aliran terakhir sungai ini sebelum bermuara ke Laut Tiongkok Selatan.
Empat puluh menit di pusat kerajinan warga lokal, lalu bertolak ke pelabuhan Tien Giang. Sungai Mekong di Vietnam ini berair coklat. Ada banyak tumbuhan eceng gondok, dan umumnya menjadi bagian belakang rumah warga lokal. Di sini, setiap pagi, ada pasar apung oleh ratusan warga yang tinggal di kapal.

Bagi warga lokal, mereka tidak mengenal istilah sungai Mekong. Melainkan Sungai Sembilan Naga. Sungai ini dianggap sebagai jalan utama naga di zaman dulu. Tentu saja itu mitos.

Di pasar apung, kami sempat menikmati aneka buah tropis seharga VND 30 ribu, yang terdiri dari campuran buah nangka, buah naga, jambu, pisang, jeruk, pepaya, semangka, dan nenas. Sangat cocok untuk cuaca yang cukup panas hari itu. Saya agak sedikit kecewa di pasar apung ini. Ekspektasiku terlalu tinggi dengan membayangkan pasar apung di Bangkok atau di Kalimantan. Brosur paket wisata yang diberikan kepadaku tak sesuai dengan realitas. Pasar apungnya hanya satu-satu. Yang membuatnya menarik, karena memang warga yang menjual di kapal apung ini ya memang mereka tinggal dan bereproduksi di kapal itu sendiri. Itu saja, lainnya tak ada.
ANTRI beli buah di pasar apung.
Perjalanan telusur sungai Mekong pun berlanjut. Sebelum makan siang dengan menu khas Vietnam di Mekong Lodge, terlebih dahulu saya bersama pengunjung lainnya menikmati naik sampan di cabang-cabang sungainya. Sampan kayu itu dikayuh para wanita paruh baya. Seluruh pengunjung diwajibkan memakai topi petani, khas negara tersebut.

Untuk menghibur pengunjung, para warga di desa tersebut memberikan sejenis opera singkat mengenai kehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, dibawa juga ke pusat peternakan lebah penghasil madu, dan juga ke tempat pembuatan permen dan kerupuk dari kelapa.

Seluruh Desa Cai Be ini dikelilingi Sungai Mekong.
Telusur sungai Mekong di Cai Be, Vietnam bersama rekan seperjalanan dari Prancis. Been solo traveler always amaze me.
Menikmati pengalaman mengunjungi dan menelusuri Sungai Mekong di dua negara, Kamboja dan Vietnam punya keunikan tersendiri. Kalau di Kamboja bisa menikmatinya di pusat kota, kalau di Vietnam, harus mengunjungi desa. Saya suka menikmati sore di pusat Kota Kamboja, tapi juga kangen makan-makan dengan menu lezat di pinggiran sungai Mekong yang teduh di pedesaan Vietnam.  *** (Chaycya, 23 Oktober - 1 November 2018)

51 comments :

  1. Pasar apung, Itu buah peernya Masih dibungkus bungkus, kayak di pasar sini!

    ReplyDelete
  2. Desa terapugnya masih ada kak? memang tinggal di perahu ya? macam suku laut gitukah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bukan desa terapung Wen. Tapi ada beberapa warga yang memilih tinggal di kapal di Cai Be, Provinsi Tien Giang ini. Bener, mereka hidupnya kaya suku laut. Bedanya suku laut di laut, nah ini mereka di sungai mekong haha

      Delete
  3. harga paketnya ternyata tidak mahal ya untuk tur harga buahnya juga.

    ReplyDelete
  4. dengar nama tonle sap serasa dejavu. dimana gitu rasanya pernah ketemu nama ini tapi lupa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo coba diingat-ingat kak Lyta. Dimana dengarnya coba.

      Delete
  5. Seru banget ceritanya kak, jadi pengen apalagi harga turnya gak mahal-mahal banget

    ReplyDelete
  6. Serasa ikuti petualangan dengan kakak deh seru banget ya apalagi sungainya panjang banget jadi makin lama bermain di sungai

    ReplyDelete
  7. Panjang banget ya perjalanan air dari Tibet ke Vietnam. Jauh banget. Herannya kok airnya nggak habis-habis di jalan ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah itu dia. Salah satu bukti kebesaran dan keagungan yang Maha Kuasa ya kak

      Delete
  8. Baru tau kalo ternyata air sungainya itu bisa berbalik arah mengikut musim, unik dan seru kayaknya menyusuri Sungai Mekong.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar. Dan itu hanya terjadi di Kamboja lho.

      Delete
  9. Aku pengin ke sini.... Dan memang rencana liburan pertengan tahun depan pengin bawa crucils telusuri Sungai ini... Ternyata memang ciamik ya. Jadi tambah referensi ni Cahy.. Terimakasih review nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama kak. Semoga nanti enjoy saat liburan ke sini ya.

      Delete
  10. Kayaknya seru banget ya perjalanannya chay. Jadi pengen kesini juga. Eh, btw, bule prancisnya mirip ya ma chahaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo buruan liburan ke sini kak. Nggak mahal-mahal amat kok. Masa iya bule mirip ama gua kak. haha ada-ada saja.

      Delete
  11. Seru juga kayaknya ngeliat air sungai berbaik arah mengikuti musim.

    ReplyDelete
  12. Pasar Apuk memang harus didatangin deh, buah aja rasanya kok suegeer banget dan harganya murah banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kudu kak. but don't expect too much ya klo mengunjungi pasar apung di Vietnam ini. Its different from Bangkok or Borneo. Iya bener, buahnya seger2 semua apalagi pas dimakan saat cuaca panas banget kemarin itu.

      Delete
  13. Ternyata sepanjang itu aliran Sungai Mekong.. Unik banget alirannya bisa berubah arah gitu, ya.. Asik juga menghabiskan waktu sore di pinggiran Sungai Mekong.. Next time kalo bisa ke Vietnam atau Kamboja pingin juga bisa ada mampir di pinggiran Sungai Mekong.. :)

    ReplyDelete
  14. Tinggal dan bereproduksi, brRti bsar lah perahunya. Psti kren bgt tu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak terlalu besar. Eh gimana sik bilangnya ya? Lebih besar dari long tail boat di sinilah. Kamarnya mereka ada di bawah kapal.

      Delete
  15. Wah, seru babget bisa menikmati sungai yang sama di dua negara berbeda dan pastinya dengan pebgalaman yang berbeda.


    Saya kira sungai Mekong itu selalu berwarna coklat seperti yg di Vietnam, tapi setelah lihat foto yang di Kamboja, ternyata tidak coklat ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak. Yang di Kamboja, khususnya yang di Tonle Sap airnya malah cenderung jernih. Tapi kalau di bagian lain malah coklat juga sik.

      Delete
  16. Waah sungai Mekong panjang bangeet ya, terpanjang di dunia. Seneng sekali ya mbak bisa berpetualang ke Kamboja dan Vietnam dan menyusuri sungai terpanjang itu. By the way buah di pasar apungnya seger-seger juga ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salah satu sungai terpanjang mbak. Sungai terpanjang di dunia itu Sungai Mississipi-Missouri.

      Delete
  17. Vietnam negara yang menarik untuk dikunjungi. Di sini pertama kali saya makan combrang atau honje untuk pertama kali. Dan nyicipi biji teratai yang rasanya enak seperti kacang...😀😀

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indeed mbak. Vietnam negara yang paling aku sukai so far. Dua kali berkunjung ke sini, belum ada rasa bosan. Bahkan if God will, saya mau eksplore utara selatannya di masa depan.

      Delete
  18. Seru banget bisa solo travelling. Pernah sih ke Phnom Penh, tapi bagus banget kalau dilihat dari sungai. Ternyata pengalamannya beda...
    Harus dapet teman seperjalanan yg cocok nih kalau mau menyusuri sungai. Makasih sharingnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Solo traveling itu bikin nagih mbak. beneran deh. Eh gimana cerita perjalanannya di Pnom Penh mba? cerita-cerita dong. pasti seru juga.

      Delete
  19. Yang kebayang di aku nih, kalau duduk dipinggiran suangai Mekong sambil menanti datangnya senja pasti cakep banget deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dari mana dulu. Kalau dari Kamboja, khususnya dari Sisowath Quay, its epic mbak.

      Delete
  20. Makin excited dehh, saya ada rencana Vietnam-Kamboja juga tahun ini

    ReplyDelete
  21. Lihat di peta di atas, baru tahu kalau aliran Sungai Mekong itu panjang banget. Sampai melintasi beberapa negara ya kak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar. Melintasi Tiongkok dan daratan Indochina di Asia Tenggara.

      Delete
  22. Membaca ini serasa mengulang kembali perjalananku di sini 2 tahun lalu. Vietnam memang top tak mengurus pariwisata. Sungai Mekong dan tonle sap airnya keruh. Tapi sanggup mengundang ribuan wisatawan setiap tahun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar banget uni. Heran gitu sik, wisata yang ditawarkan mereka itu bener2 wisata desa di sepanjang aliran Mekong tapi sanggup mendatangkan jutaan turis. Karakteristiknya nggak beda-beda jauh padahal dengan Indonesia, tapi kok mereka keren banget gituh, sukses majuin pariwisatanya tanpa menghilangkan unsur keasliannya. Salut saya di dua kali kunjungan ke sini.

      Delete
  23. Pengen deh kapan-kapan ke Vietnam. Temenku pernah kesini katanya harga untuk makanan disini murah-murah dan enak. Pernah diceritain menu dari bubga teratainya enak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar. Semuanya di sini harganya terjangkau mirip-mirip seperti di Indonesia mbak. Itu karena nilai mata uang kita lebih tinggi dibanding mata uang Dongnya mereka.

      Menu dari bunga teratai? Oh lotus seed? iya enak banget, mirip-mirip kacang sangrai.

      Delete
  24. Pasar apungnya kelihatannya lebih menarik yang di Kalimantan, ya? Tetapi, saya belum pernah melihat langsung keduanya, ding.

    ReplyDelete
  25. Sungai Mekong panjang banget yaaa. Wisatanya bisa dijual walau terkesan biasa. Padahal kalau digali mungkin masih banyak lagi yg menarik. Ga Ada wisata mancing ya?

    ReplyDelete
  26. Sungainya besar.. Indonesia punya sungai2 besar kayak gini dan jadi obyek wisata juga ya. .

    ReplyDelete
  27. Hasil baca artikel penelusuran Sungai Mekong di Kamboja dan Vietnam, aku ambil kesimpulan, kalo explore Sungai Mekong jangan harap pemandangan ciamik, tapi lihat kultur dan budaya rakyat yang tinggal di sekitar Sungai Mekong.

    Travelling ke Vietnam ini emang nyenengin banget ya, semuanya serba murah. Jadi pengen main-main ke Vietnam lagi nih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada kok pemandangan yang menarik. Tergantung kita melihat angle mana. Tapi selama di sana, saya lebih suka memotret aktivitas keseharian warga lokal di sana sik. Lebih ke human interestnya. Misalnya biksu bercengkerama dengan warga sipil sambil menikmati sore di pinggiran tonle sap, atau peternak lebah yang panen madu di pedesaan Caibe, Vietnam, dll.

      Iya, Vietnam menyenangkan dengan segala kecrowdedannya. Tapi selalu ngangenin. Sudah dua kali ke sana, tapi masih ingin lagi menjelajah keseluruhannya kelak.

      Delete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler