Lima Spot Liburan Musim Gugur di Jepang


Ei-heiji Temple, Fukui.
JEPANG
, salah satu negara di Benua Asia yang memiliki empat musim. Sama seperti dua negara tetangganya, Tiongkok dan Korea di Asia Timur, negeri ini memiliki keunikan dan keindahan tersendiri dalam setiap musimnya. Salah satu diantaranya adalah musim gugur atau autumn, yang di Jepang dikenal dengan momiji. Diantara empat musim: summer, autumn, winter, dan spring, saya paling suka autum, atau musim gugur.

Mengapa? i don't know why. Apa karena saya lahir di musim gugur, berzodiak Scorpio, atau bagaimana ya nggak tahu juga. Tapi yang jelas, suasana musim gugur dengan langit biru yang cerah, matahari bersinar terang tapi cuaca tetap sejuk, kontras dengan pemandangan daun-daun yang mulai berubah warna dari hijau ke kuning, jingga, hingga ke merah, lalu ke coklat, dan gugur. Metamorfosis itu membuatku damai. Sangat damai sekali menyaksikannya.

Musim gugur di Jepang itu, menurut prakiraan cuaca setiap tahunnya, umumnya dimulai pada pertengahan September hingga awal Desember. Dimulai dari bagian utara Sapporo di Hokkaido, lalu meluas ke berbagai kawasan di Honshu, Shikoku, dan berakhir di Kyusu.
Saya berkesempatan menikmati liburan musim gugur di Jepang, tiga tahun lalu. Dimulai dari Tokyo. Pertengahan Oktober, Tokyo, meski cuaca di titik 16 derajat Celcius, tapi daun-daunan di sana masih hijau. Tokyo memang selalu terakhir mengalami puncak musim gugur dibanding dua kota lainnya, Osaka dan Kyoto.

Tak berhasil menemui momiji di Tokyo, lantas melipir ke Osaka. Dari Osaka, perjalanan bertemu lima spot liburan musim gugur di Jepang pun dimulai.
Menuju Osaka, saya memilih jalan darat menggunakan Willer bus. Dibutuhkan delapan jam dari Tokyo hingga tiba di Osaka. Berangkat malam dari Tokyo, transit di Nagoya, dan tiba di Osaka sekitar pukul 07.00 am.
Musim gugur di Taman luar Osaka Castle saat jelang sunset.
Bangun di pagi hari, membuka gordyn jendela bus, langsung diberi pemandangan kota-kota kecil Osaka dengan perbukitan yang sudah mulai berubah warna. Tiba di stasiun Willer bus, menikmati sarapan pagi, lalu beranjak menuju gedung pencakar langit Umeda Sky Building di sebelahnya untuk menitip bagpack di locker seharga 130 yen.
Daun mulai berubah warna di taman Umeda Sky Building yang bersebelahan langsung dengan stasiun Willer Bus di Osaka.
Sebenarnya, di Taman Umeda ini, sudah mulai terlihat momiji, hanya saja belum sempurna. Usai makan siang di salah satu warung di Shin Umeda, saya bersama dua rekan, Eric dan Dhan Tranh dari Vietnam, kami berangkat menuju kastil Osaka.

Menuju kastil ini, membeli tiket seharga 240 yen, kami menggunakan jalur stasiun Higashi Umeda menggunakan kereta dari Tanimachi line, dan turun di Tanimachi Yonchome. Di kastil inilah saya menyambut musim gugur selama di Osaka. Tepatnya di Taman Nishinomaru. Pohon-pohon momo atau pohon plum di taman ini mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning. Cantik sekali.
Taman Nishinomaru, Osaka Castle.
 Taman-taman di dalam kastil ini sangat terawat, dipagari dengan benteng batu dan parit besar yang air jernihnya berasal dari Sungai Yodo. Selain di Taman Nishinomaru ini, di luar benteng, tepatnya di sepanjang aliran parit, di arah lurusan Osaka-jo hall, sensasi musim gugur sangat terasa. Daun-daun sudah mulai berubah warna dari kuning menjadi kemerahan.
Duduk di benteng Kastil Osaka dengan pemandangan Yodo river dan latar Kota Osaka dan daun-daun autumn.
Di sepanjang taman dengan pohon-pohon lebat yang sudah berubah warna itu, saya membaur dengan pengunjung yang duduk di kursi-kursi semen yang telah tersedia. Menikmati sore hari dengan angin sejuk dingin yang berhembus, lalu menuliskan:

Musim gugur ini,
Membuatku bernostalgia.
Hatiku mengalami peralihan.
Mendadak bahagia, tiba-tiba menjadi melankonlia.

Menjejakkan kaki di tanah entah,
Menjadi saksi betapa daun-daun itu menjelma.
Berubah.
Bermetamorfosis warna dari hijau, kuning, merah, coklat.
Lalu?
Luruh lepas. Melayang.

Jatuh, kembali ke haribaan bumi.

Hembusan angin dingin menyadarkanku.
Memon tu moria.
Ingat hari matimu.
Tidak ada yang kekal di bumi.
Ada harapan, ada kesempatan.
Manfaatkan sebelum waktumu tiba.

Bau wangi daun musim gugur ini mengingatkanku.
Bahwa,
Tuhan yang tak terlihat, nyata dalam lamat-lamat.
Untuk menyadarkanku,
Menjadi manusia yang bersyukur dan bersyukur.


Menikmati warna-warni,

Di setiap musim kehidupan.
(Chya, Osaka, Jumat, 30 Oktober 2015)

Ah taman ini menjadi spot terbaik kesukaanku selama di Osaka. Melihat langsung proses kouyou, perubahan warna daun. Komplit dalam satu pohon.

Perjalananku dari Osaka, berlanjut ke Kyoto. Kali ini tak lagi naik bus, melainkan menggunakan Shinkansen Nozomi N700 dari Osaka Station di Umeda menuju Kyoto Station di Higashishiokoji Kamadonocho, Kyoto.

Shinkansen Nozomi series N700.
Untuk tiket Shinkansen ini, saya membayar 920 Yen (sekitar Rp 128 ribu). Rute Osaka-Kyoto ini menjadi rute termurah menggunakan Shinkansen yang hanya ditempuh hanya sekitar 12 menit dengan kecepatan 320 km per jam. Bayangkan sekali berangkat Zzzzuttt!!! eh sudah sampai saja. Padahal kalau saya menggunakan Willer bus, dibutuhkan perjalanan tiga jam dari Osaka ke Kyoto atau sebaliknya. I thank God, diberi kesempatan menikmati naik kereta peluru yang tersohor ini.

Tiba di Kyoto, membeli kartu transportasi unlimited sehari, Kyoto One Day Pass seharga 500 Yen. Saya menyambut musim gugur  di ibu kota pertama Jepang ini di Kyomizudera. Udara dingin 3 derajat Celcius langsung menyerangku. Saya menggigil parah. Teman couchsurfing Honoka Nojiri yang saya temui di sana, langsung memberikanku serbuk hangat hokkairo. Hari masih pukul 17.00 pm, tapi Kyoto sudah gelap. "Musim gugur dan musim dingin, malam lebih cepat di sini," ujar Honoka.

Kyomizudera menjadi salah satu spot menikmati musim gugur terbaik di Kyoto. Hanya saja, karena sudah tiba sore hari, dan kastil sudah mau tutup dalam 15 menit, kami memutuskan untuk menikmati malam  berjalan keliling Kota Kyoto saja, sembari cari makan di KFC Aeon Mall.

Tuhan maha baik.

Jadi, malamnya itu saya rada sedikit kecewa sama diri sendiri, karena tidak bisa menikmati musim gugur dari dekat di Kyomizudera. Keesokan paginya, tak diduga, saat naik taksi dari hotel tempat menginap menuju stasiun Fushimi, berjalan sedikit saja ke taman yang berbatasan dengan tembok halte Keifuku, saya bisa menikmati musim gugur.

Duduk di taman stasiun Fushimi menikmati sepotong roti,di bawah rindangnya pohon-pohon dengan daun-daun yang sudah mulai berubah warna. Mempermainkan daun momiji yang berguguran, sembari menunggu bus Keifuku yang akan membawaku ke Fukui.
Dalam perjalanan ke Fukui, di sepanjang jalan juga, alam menyuguhkan keindahan musim gugur dengan aneka perbukitan yang sudah berubah warna. Seperti di Hikone, Shiga, saya takjub melihat aneka pohon yang dedaunnya berubah warna menjadi merah. How great thou art.
Hikone.

Demikian halnya di Ei-Heiji temple, kuil tua berusia ratusan tahun di pedalaman Pegunungan Tendo, Fukui. Di kuil ini, saya menikmati musim gugur sambil berkeliling ke bagian dalam bangunan utama kuil dengan membayar tiket 600 yen.


Pemandangan musim gugur di Ei-Heiji Temple, Fukui.
Pemandangan musim gugur di Jepang memang tak pernah failed sepanjang perjalananku. Berawal dari pemandangan di kalender, berakhir dengan mengunjungi salah satu bagiannya secara langsung. Semoga Tuhan memberkatiku dengan umur yang panjang, memberiku kesempatan menikmati musim gugur di berbagai negara di belahan dunia ini. Amen. ***

_ Don't Listen what they say, go see_

30 comments :

  1. waah ternyata perubahan warna daun2 itu mmg proses alam ya mba...kirain mmg warna ciri khas pohon disana. Terlihat tenang sekali suasananya jauh dr hiruk pikuk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener,bagian dari proses alam mba. :)

      Terimakasih sudah mampir.

      Delete
  2. Omg aku bahagia banget mba baca tulisannya. Kenapa? Karena aku pecinta autumn yang belum pernah kiat autumn langsung. Itu jadi salah satu impianku bahkan kutuliskan di blog ku sebelum dihack. Aku ingat melihat autum pertama bersama lelaki yg kucintai. Doain aku bisa liat dan sentuh langsung juga yak. Dinegara maan aja boleh. Dan semoga mba bisa juga liat autumn lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi mba Eka.. salam..
      Terimakasih sudah berkunjung ke blogku. Waah turut senang klo mba-nya bahagia baca postingan saya ini. Semoga doanya terkabul ya mba, bisa melihat autumn pertama dengan pria pujaan hati. Amin. :)

      Delete
  3. Nice info.. Siapa tahu ada rejeki jalan2 ke Jepang.. Aamiin

    ReplyDelete
  4. Wah, kakak udah di Jepang aja. Di sana foto backroun pohon aja cantik ya, Kak.... Pengen deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga suatu hari nanti kamu bisa ke sini ya Juli. Amin.

      Delete
  5. bisa mengamati perubahan warna daun itu sesuatu ya kak.. biasanya orang cuma lalu aja kalau ada daun yang berubah warna lalu mulai berjatuhan di tanah...

    ReplyDelete
  6. Hanya satu yang kuingini, kapan aku bisa ke Lima spot kece di jepang ini... Super banget lokasinya membuat angan terbang kesana

    ReplyDelete
  7. Toss Chay, sesama pecinta musim gugur. Eh, ini apa karena kita sama2 scorpion ya? Baca tulisanmu ini, aku jadi teramat sangat ingin ngerasain musim gugur di Jepang..

    ReplyDelete
  8. Naek Shinkashen cuma 12 menit sedangkan naek bus 3 jam ??

    Wow !
    Keren bangeeettt.
    Andai ada di batam.
    Bisa kemana aja dengan itungan detik kali ya.
    Kereeenn

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya keren banget. Klo ada di Batam? Bisa tiap saat aku dri rumahku ke rumahmu mbak. Menggosip. Sekali zzzut nyampe. hwahaha

      Delete
  9. duh kak ternyata kamu bisa manja manja bikin puisi gitu ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah masa sik? Begitu kak klo lagi melow. Tulisan lancar jaya. Udah gitu kelar ga dibaca lagi. Besok2nya dibaca, jadi malu sendiri. "Masa iya sik gua nulis lebay begini?" begituh.

      Delete
  10. Seandainya punya rumah kayak di Ei-Heiji Temple itu, berasa liburan tiap saat ya. Kece banget tempatnya. Pohon tinggi-tinggi gitu.

    ReplyDelete
  11. jepang
    sejak melihat drama oshin waktu kecil
    ada terbersit untuk bisa ke sana
    saat ini masih dalam waiting list
    semoga bisa menapakan kaki di sana
    pupuk saja mimpinya dulu
    klu bisa sih penginnya musim panas
    karena saya ga kuat dingin hehehe

    ReplyDelete
  12. Musim gugur itu bikin warna-warni daun Oak ya... paling cantik. BTW kalau jalan-jalan begini, transportasi unlimited sehari, Kyoto One Day Pass seharga 500 Yen itu memang lebih murah dan useful kak? Sehari 12 jam atau 24 jam kak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar. lebih murah dan usefull. Kita bebas memakainya ke berbagai tempat wisata yang dicover. Umumnya dicover semua. Berlaku dari jam berapa kita beli sampai malam.

      Delete
  13. aaaakk, puisinya cakep. Secakep pemandangan kota Osaka Jepang. Bikin mupeng tau mba. Semoga someday bisa ke sini juga. Keren mba, bisa menikmati musim gugur di Osaka.

    ReplyDelete
  14. jepang suasana romantisnya dapet bgt

    ReplyDelete
  15. Kalo mba paling seneng musim gugur, aku paling cinta winter :). Makanya stiap ke jepang ato negara 4 musim lainnya, aku selalu, pasti, dan harus memilih saat winter hahahah. Mungkin krn aku ga kuat panas. Jd kalo bisa menikmati suhu dingin apalagi minus, lgs bahagia banget :p. Dapt salju tebel, makin seneng :p. Ga sabar bakal ke jepang lg january 2019 nanti

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah.. lebih senang musim dingin ya mba Fanny.. Eh gimana liburan Jepangnya Januari lalu? Pasti seru ya mbak.

      Delete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler