Offroad Menuju Puncak Gunung Putri yang Melegenda

JALUR offroad menuju Puncak Gunung Putri.
CATATAN perjalananku kali ini, pengalaman offroad menuju puncak Gunung Putri di Jawa Barat. Menuju ke sini, bisa dicapai dari Bogor atau pun dari Lembang di Bandung Barat. Saya memilih jalur dari Lembang.

Perjalananku ke Bandung dimulai dari Jakarta. Jarak Bandung-Jakarta sekitar 140 kilometer kalau dicek dari Google Map. Berangkat pukul 08.00 WIB, tiba di Lembang sekitar pukul 11.30 WIB. Sudah jelang siang. Meski tidak lapar karena di bus selalu ngemil, tapi dinginnya suasana Lembang meskipun siang hari, membuatku menghabiskan seporsi paket nasi timbel sambel oncom campur rimbang di restoran Terminal Wisata Grafika Cikole, yang juga jadi tempat menginap selama tiga malam.
PUNCAK Gunung Putri yang friendly banget untuk camping dan hammockkan karena konturnya yang landai dan banyak ditumbuhi pohon pinus.
Gunung Putri merupakan satu dari gugusan gunung yang mengelilingi Bandung. Terbentuknya gugusan ini, merupakan bagian dari sejarah letusan gunung Sunda di zaman purba. Puncak tertingginya berada di titik 1.587 mdpl. Lokasinya sangat dekat dengan Gunung Tangkuban Perahu. Kalau dari arah Bandung Kota menuju Lembang, pos masuk Gunung Putri ada di sebelah kiri, sedangkan pos masuk Gunung Tangkuban Perahu sekitar 500 meter lagi ke puncak, melewati pos masuk gunung ini.

Baca juga: Sensasi Kedinginan Menginap di Terminal Grafika Cikole Lembang

Kegiatan offroad ini dilakukan pada hari kedua di Lembang. Mengapa dinamakan offroad? Karena kami tidak melakukan pendakian jalan kaki mencapai summit. Melainkan mengendarai Land Rover Defender, mobil offroad ikonik asal Negeri Putri Diana Spencer Mounbatten, Inggris. Mobil ini keren, mampu melewati berbagai jalur ekstrim dengan pemandangan terbaik khas perbukitan.

Proses pendakian dimulai dari basecamp kawasan Perhutani, Lembang . Dalam offroad ini, kami ada 24 peserta. Dibagi ke tiga mobil. Delapan setiap peserta. Grupku disupiri kang Erdi dari Geo Outbond Bandung. Dia seorang yang friendly dan kocak. Paslah dengan kelompokku yang juga kocak. Ada mom Jo, dosen di Universitas Mercu Buana, mbak Gita Nawangsari dari Jawa Pos, dan teman-teman lainnya.

Setelah briefing singkat mengenai keamanan, petualangan pun dimulai. Saya bersama tujuh teman lainnya duduk di belakang. Saling berhadapan. Saya duduk sebaris dengan mom Jo dan mbak Gita. Perlahan mobil memasuki kawasan hutan pinus Perhutani dengan jalan tanah berbatu. Lalu mulai menanjak. Pemandangan sekelilingnya hanyalah hutan, alam yang masih terjaga. Sesekali kami melihat satu-dua warga yang mengendarai sepeda motor di atas jalan tanah sempit.
RUTE awal masih aman. Jalan tanah berbatu yang datar.
Selama 10 menit pertama masih biasa saja. Ah nyamanlah, paling muncel-nguncel karena jalan tanah berbatu. Kang Erdi menyuruh kami untuk mempersiapkan diri. "Siapkan mental ya? Tangan jangan ada yang keluar. Pegangan di tali yang sudah tergantung di atas masing-masing dudukan," ujarnya.
JADI udah tahulah ya dek betapa serunya petualangan offroad menuju puncak Gunung Putri ini? Ini hasilnya.

JALUR horor.
"Ah amanlah," pikirku. Tiba-tiba mobil menanjak, sempat mogok karena jalanan licin berbatu. Kami semua yang di belakang dari ribut bercanda mendadak diam, lalu teriak. Takut tiba-tiba mobil mundur. Tapi nyatanya tidak. Kang Erdi sukses membuat sport jantung pertama.

Tiba di perhentian pertama, sambil menunggu dua mobil yang ketinggalan jauh di belakang, kami istirahat dulu. Hanya di pos ini ada toilet. Mom Jo pun menyempatkan diri ke toilet. Sementara kami, asyik mengabadikan kawasan hutan pinus berpadu pepohonan lainnya. Indah dan sejuk.
TANAMAN liar di puncak Gung Putri. Cakep ya? semak belukar saja dipelihara Tuhan dengan tumbuhan indah begini, apalagi kita mahluk ciptaanNya yang sempurna.
Dari sini, perjalanan dilanjutkan. Rutenya sudah nggak manusiawi lagi. Mobil mendadak masuk parit. Ada-ada saja. Emang tidak ada lagi rute lainnya? Dan benar. Rute offroadnya, hanya itu satu-satunya menuju puncak. Sudahlah masuk parit, mobilnya kencang, mendadak melambat, lalu mogok karena licinnya lumpur, di gas hingga melompat. Lalu masuk jalanan berbatu-batu. Makin ekstrim, ketika masuk rute yang diapit sebelah kiri hutan, sebelah kanan tebing curam. Hanya satu mobil yang bisa lewat. Pokoknya tiada waktu tanpa teriak.

"Kita sudah dekat kok. Bentar lagi sampai di puncak," kata kang Erdi dengan logat Sunda-nya yang kental.

Dia cerita, Gunung Putri ini memang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata alam di kalangan pecinta offroad dan juga tempat latihan para pendaki mula-mula, sebelum mendaki gunung yang lebih tinggi lagi. Selain rute Gunung Putri, ada juga rute Gunung Tangkuban Perahu. Saat kang Erdi bercerita itu, tiba-tiba mobil kami melompat ke sungai kecil, melewati jalur tanah hitam yang becek, lalu menanjak. Sempat terjebak di lumpur, lalu berhasil tiba di puncak.
TIBA di puncak Gunung Putri.
Puncak Gunung Putri ini berkontur landai, cocok untuk lokasi camping. Banyak ditumbuhi pohon pinus dan juga aneka jenis pohon tinggi menjulang, serta tanaman liar lainnya. Ingin rasanya saya pasang hammock, gelar tikar, keluarin termos, panci, kerupuk, sambel, aneka makanan dan minuman. Lha kok jadi kaya piknik?
PUNCAK Gunung Putri.
Pemandangan dari puncak keren banget. Di sebelah kanan, bisa melihat alam Lembang keseluruhan. Sementara sekitar 300 meter ke sebelah kiri, ada benteng peninggalan Belanda. Namanya benteng Gunung Putri atau benteng Jayagiri. Karena saya suka sejarah, saya lebih memilih menuju benteng. Benteng ini panjang sekali. Sebagiannya sudah tertutup semak belukar. Satu sisinya, ada bunker. Kelihatan benteng ini dibangun seadanya dan kebanyakan pakai tangan. Terlihat dari dinding dan atap yang tidak rata dan kontur pasir yang kasar dan lumutan. Agak mencekam.
DI dalam benteng peninggalan kolonial Belanda, Jayagiri.
Sementara di atas benteng, pohon pinus tumbuh subur menjulang. Di antara pohon itu, ada makam lama dan tugu Perjuangan Tradisi Bela Negara. Tugu itu, dari keterangannya di sana, baru diresmikan 11 September 2015 oleh Letkol Andy Irawan Chaeruddin dari Rindam III/Siliwangi. "Benteng ini ditemukan, makam ini sudah ada. Ini makam Belanda. Dari sini Belanda membuat pertahanan saat perang di Bandung. Itu cerita sih," ujar kang Erdi.
MAKAM Belanda di atas benteng Jayagiri.
Puas mengeksplorasi benteng Jayagiri, absensi peserta, lalu persiapan turun. Pengalaman turun pun tak kalah mendebarkan dari pengalaman naik ke puncak. Beragam rintangan ekstrim kembali kami hadapi. Jalur naik, berbeda dengan jalur turun. Jalur turun lebih curam. Mulai dari genangan air, lalu jalur kecil yang hanya muat satu mobil, hingga kontur tanah yang licin lagi terjal serta genangan lumpur besar yang kadang membuat mobil kami mogok tak mampu melewatinya.

Kami tiba di pos perhentian terakhir Jayagiri di tengah hutan sebelum kembali ke basecamp. Di sana, di warung milik warga yang rumahnya terbuat dari anyaman, berlantaikan tanah, dan posisinya dikelilingi alam yang indah, kami disuguhi teh jahe panas dan aneka rebusan. Mulai dari kacang, pisang, hingga ubi Cilembu yang manis. Sungguh cukup mengobati rasa lelah akibat teriak-teriak seru, dan dinginnya kawasan tersebut.
SUGUHAN aneka makanan rebusan di perhentian terakhir sebelum kembali ke Basecamp.
Dalam perjalanan kembali ke basecamp, sebelum mengakhiri petualangan ini, kang Erdi cerita bahwa legenda rakyat Indonesia dari Bandung, Sangkuriang, yang menendang perahu hingga terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu dimulai di Desa Jayagiri ini.

Di Desa Jayagiri ini, Sangkuriang jatuh cinta pada sang ibu, Dayang Sumbi yang berparas cantik. Sang ibu tak rela dinikahi anaknya sendiri, dan akhirnya ia meminta permintaan mustahil. Menyuruh Sangkuriang membuat perahu dalam waktu satu hari satu malam. Melihat kegigihan Sangkuriang membuat perahu dan hampir selesai, dan tak ingin incest dengan sang anak, maka Dayang Sumbi pun melarikan diri ke hutan dan dipercaya, pelariannya menuju puncak Gunung Putri.
Kang Erdi, guide sekaligus supir kami selama offroad.
LAND rover defender yang kami pakai, macho untuk offroad-an.
Saat perahu selesai dibuat, kang Sangkur hendak laporan ke sang ibu, eh nyatanya sang ibu sudah tak ada di rumah lagi. Dia mencari kemana-mana. Nggak ketemu. Kesal, Sangkuriang pun kembali ke tempat perahu dibuat, lalu menendangnya. Perahu terpental, jatuh tertelungkup, lantas menjelma menjadi Gunung Tangkuban Perahu._Kuat juga ya kang sangkur tendang itu perahu? pasti kakinya bengkak_
"Itulah sebabnya, jarak Gunung Putri dengan Tangkuban Perahu ini sangat dekat," ujar kang Erdi.
"Oh gitu? masuk akal sik a," ujarku kepada kang Erdi.
MARI kita turun kakak.. Ini bukan susu coklat.
Kami pun tiba di basecamp. Melapor jumlah yang berangkat sesuai dengan jumlah yang pulang. Salaman pamit ke kang Erdi sebagai guide sekaligus supir kami. Sungguh, ini petualangan sport jantung terparah setelah pengalaman refling menuruni tebing jurang Sibolangit, Sumatera Utara masa kuliah dulu. Tapi tetap, saya bahagia dan bersyukur atas keindahan alam Indonesia, yang masing-masing wilayahnya punya karakter keindahan tersendiri. ***

11 comments :

  1. aduh jalannya penuh perjaungan kayaknya

    ReplyDelete
  2. Chaycya, kamu lupa pasang foto bentang alam Lembang dari puncak Gunung Putri-nya :))
    Kalian ini komunitas offroad ya? Atau ketemuan casual lalu mendadak offroad?

    ReplyDelete
  3. Seru yah kak maen off road kek gitu... Tapi serem juga lokasinya ada kuburan tua-nya.

    ReplyDelete
  4. Alamaaaak itu jalur lumpurnya mirip selai coklat. Kek mana rasanya tuh bergelayut manja di dalam hardtop kak Chay? Hahaha. Bisa kebayaaaaaang deg-deg'annya dan serunya.

    ReplyDelete
  5. ya ampun ya ampun ku udah ngebayangi jalan dengan kondisi seperti itu pasti seru banget ya kak, teriak-teriak gimana gitu

    ReplyDelete
  6. Aaakk, seruuu! Kemarin nyobain offroad yang di Merapi doang, medannya lebih seru yang ini kayaknya, mau jugaaakk.

    ReplyDelete
  7. Jalannya benar-benar parah ya, pasti ajrut-ajrutan bingit. Boleh juga kesini naik sepeda, tapi khusus sepeda offroad juga lah

    ReplyDelete
  8. Duh duh luar biasa kk, aku pengen juga naik offroad, apa kbr ya klo aku naik offroad? Hhhaa.

    ReplyDelete
  9. Wuih.
    Hobby akak ini olahraga ekstrim.
    Kereen.
    Jalannya serem kak
    Klo aku ikutan. Mungkin lgsg lahiran
    Wkwkwkwk

    ReplyDelete
  10. Uh, Mak. Kalo Puput baru mau diajak aja mentalnya langsung merosot. Keren banget ya, yang suka offroad gini.

    ReplyDelete
  11. Great article! That is the kind of information that should be shared across the internet.
    Shame on the seek engines for not positioning
    this post higher! Come on over and seek advice from my
    website . Thank you =)

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler