Pultak-Pultak or Golden Berry: Grows Unrecognized in the Village, It Becomes Expensive Fruits Abroad

Golden berry atau pultak-pultak.
GOLDEN Berry, buah yang saya kenal dengan sebutan 'pultak-pultak' yang tumbuh di semak-semak di kampung halaman, ternyata di luar negeri, itu menjadi buah yang sangat mahal. Serasa tak percaya awalnya, but reality leads me to a conclusion that golden berry grows unrecognized in the village, but it becomes expensive fruits abroad.

"Ini pultak-pultak. Oh jadi namanya Golden Berry," responku saat tak sengaja melihatnya di FairPrice Singapura, beberapa saat sebelum pandemi.

Reuniku dengan pultak-pultak ini tak sengaja. Usai melaksanakan tugas jurnalistik di Pulau Sentosa, sebelum kembali ke Indonesia, saya terlebih dulu mengunjungi FairPrice, salah satu supermarket di kawasan Tampines Mall. Setiap berkunjung ke Negeri Opa Lew Kwan Yew itu, sudah menjadi kewajiban mengunjungi super market FairPrice untuk membeli roti gandum cinnamon bertabur kismis. Saya suka roti itu sebagai menu sarapan pagi, diminum dengan kopi, teh, atau susu hangat.

Nah saat melewati island roti, saya ke bagian fresh fruits. Di sana, mataku tertuju pada buah kecil berwarna kuning yang sudah dipaket dengan kulitnya yang sudah mengering. "Lha ini kan pultak-pultak," ujarku sambil mengamati.

Golden berry. (F World Food Atlas)

Mau tahu harganya? SGD 12 untuk 500 gram. Saya ngakak. Tentu saja. Betapa di kampung itu adalah buah tak dianggap, tumbuh di semak-semak, eh kok di Singapura ini jadi mahal banget?

Dulu kecil, kami sering memakan buahnya yang matang apabila terlihat tak sengaja kala pergi mencuci atau mandi ke sungai atau pulang dari sungai. Buah yang rasanya manis asam mirip perpaduan tomat dan marqisa kecil ini kerap kali kami main-mainkan juga dengan bunga kantong semar ( Nephentes mirabilis). _Waduh saya menjadi sangat bersyukur betapa semak-semak di kampungku adalah aneka tumbuhan berharga_

Golden berry yang tumbuh liar di Taman Istana Raja Sidauruk di Pulau Samosir.


Isi dari pultak-pultak

Di kampung halamanku Toba, ada dua jenis buah pultak-pultak ini. Ada yang bungkusnya kaya berkantong, ada yang bungkusnya seperti keranjang. Buahnya sama, tapi isinya beda. Yang berbungkus kantong isinya lembut seperti tomat-terong, sedangkan yang berbungkus mirip keranjang, isinya kaya markisa, berbiji. Rasanya? ya sama, asam manis begitu.

Pertemuan keduaku dengan buah ini di luar negeri adalah saat mengunjungi Vietnam, 2018 lalu. Mengingatnya, saya masih senyum-senyum. Hari itu hari ulang tahunku. Sore hari, berjalan kaki dari penginapan, saya mengunjungi Saigon Centre, pusat perbelanjaan besar di Ho Chi Minh. Rencana awal langsung mengunjungi Takashimaya di sana. Namun apa boleh buat, karena salah membaca peta dari bagian informasi, saya malah terdampar ke super marketnya terlebih dahulu.

Saya berkeliling. Melihat-lihat isi supermarket itu. Di sana, saya menemukan buah-buahan asing yang tak ada di Indonesia. Ada namanya Vu Sua, bentuknya bulat seperti apel candy tapi kulitnya mengkilap seperti terong. Awalnya takut mencobanya, tapi saat si staf supermarket bilang ini rasanya kaya susu, saya berani mencoba. Lumayan juga. Rasanya manis ringan gitu tapi tak mirip apel sik. Kok bisa-bisanya orang sana bilang itu Apple milk fruit. hufft.

Nah, kemudian, mataku tertuju ke Golden Berry. Again? Yang membuatku takjub di sana, buah ini dihargai 180 ribu Vietnam Dong atau sekitar Rp 90 ribu. Saya lupa itu per 250 gram atau per 500 gram. Soalnya begitu melihatnya, saya langsung beranjak, keliling-keliling itu mall mencari kado buat diri sendiri.

Mengapa saya tuliskan ini? Karena saya ingin menuliskannya. Daripada menggelayut di pikiran terus ya kan?! Jadi ternyata, sesuai dengan nama latinnya, Physalis peruviana, buah ini original dari Peru. Namun, banyak juga ditemui di berbagai negara tropis dan mempunyai sebutan khusus di masing-masing negara. Contohnya:
  • Uchuva di Peru
  • Poha di Hawai 
  • Harankash di Mesir 
  • Ciplukan di Indonesia 
  • Pultak-pultak di Tanah Batak,

yang kemudian naik kelas menjadi Golden Berry sebagai nama internasional. Pantas saja harganya sesuai namanya sik.

Menikmati sekali sik makannya mom.. hahaha

Lucky me, Maret lalu, saat pulang kampung, saya dan mama menemukan tumbuhan ini di Taman Istana Raja Sidauruk, saat traveling ke Pulau Samosir. Begitu ada yang matang, langsung makan. Kepada mama saya cerita, bahwa ini buah harganya sangat mahal kalau di luar negeri. "Ah masa?" kata mama. "Di dapur," jawabku bercanda lalu menjelaskan, harganya bisa ratusan ribu per 500 gram karena kandungannya yang kaya anti-oksidan. Mama pun makin semangat memakan yang buahnya matang di taman itu. haha

Ya pantas mahal sih ya, secara khasiatnya sangat tinggi. Kaya akan polifenol dan karotenoid, kandungan antioksidan tinggi yang mencegah kanker dan anti inflamasi juga. Rendah kalori juga jadi cocok sebagai buah diet. Buah diet sik buah diet, tapi kalau harganya mahal, mending saya pulang kampung dulu untuk mengkonsumsi buah ini. Gratis lagi, langsung dari alam. hahaha

Buah ini, saat ini tinggi permintaan di dunia. Lihat saja supermarket-supermarket besar menjualnya dengan berbagai pilihan. Ada yang fresh, ada juga yang sudah dikeringkan. Selain dimakan langsung, buah ini juga kerap dicampur ke salad atau dijadikan bahan untuk kue bahkan jadi topping cake.

Cake keju dengan topping dan saus Golden Berry.

Nah kembali, ibarat pepatah orang bijak yang bilang "Kamu berharga di tempat dan waktu yang tepat". itu benar adanya. Sehebat apa pun kamu, kalau kamu berada di zona dan tempat yang salah, kamu tak akan dianggap. Namun, kalau berada di zona dan tempat yang tepat, kamu akan dianggap. Berharga. Golden berry ini mengajarkan ini kepadaku, kepada kamu yang baca: Grows Unrecognized in the Village, It Becomes Expensive Fruits Abroad. It used to be dumped in one time, but now it hunted. Salam Catatan Traveler. (*)

12 comments :

  1. Wah terima kasih atas ilmu baru ini, baru saya tahu nama buahnya ini Golden Berry atau pultak-pultak 😁

    ReplyDelete
  2. Wah terima kasih yea atas ilmu baru ni, baru saya tahu nama buahnya ini adalah Golden Berry atau pultak-pultak 😁

    ReplyDelete
  3. ooo in my village, we call it buah letup, if I'm not mistaken. The taste is a bit sour right? Hehe. Now I know it is called Golden Berry

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buah letup? True. Because letup in Bahasa Batak meaning Pultak. hahaha

      Delete
  4. Golden berry is a delicious fruit! Selalu ada sebagai hiasan cake. I love it. Thank you for sharing this information. Good post.

    ReplyDelete
  5. baru tahu ttg pultak ni.. agak menarik.. yq sebab kongsikan info ini

    ReplyDelete
  6. Kak Ruby baru tau tentang buah ni. Isi dia suprisingly rich macam tu. Nanti nak cuba la bila dapat travel ke Indonesia. Hehe.

    ReplyDelete
  7. Alfie pernah makan ini, kak. Ga tau kalau namanya pultak pultak, tapi nyebutnya markisa hutan. Soalnya kan isinya seperti buah markisa. Rada asem juga.

    ReplyDelete
  8. Alamak tak tau pun nama buah ni pultak-pultak @ golden berry. Sebab masa kecil2 selalu panggil buah letup2. Saya tak pernah makan dan tak tau pun boleh makan. Heheheh tq sharing

    ReplyDelete
  9. Ooo kalau kata Rawlins buah letup tu tau laaa, sebab pernah macam ada orang bagi duluu, tapi Sis lupa dah , sis cuba makan atau tak.

    ReplyDelete
  10. Dulu selalu makan buah ni masa zaman kecil-kecil sedap kadang-kadang buat masakan juga..

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler