Three Times Scammed When Our Way to Bangkok (1)

Source: Village Voice

HI Guys!!!! Ini merupakan pengalaman traveling perdana saya di 2017, tepatnya ke Krabi, Thailand pada Januari lalu. Saya ingin membaginya, yang (mungkin) seru bagi Anda dan yang jelas tak terlupakan bagiku. Betapa tidak, dari sekian banyak perjalanan ke luar negeri yang saya lakukan  sejak delapan tahun terakhir, baru di perjalanan 2017 ini saya mengalami yang namanya scam alias DITIPU dan DITELANTARKAN di negara lain.

Untung tidak sendiri, melainkan bersembilan bersama traveler lainnya dari Inggris, Brasil, Polandia, Rusia, Cina Taiwan, dan Prancis . "Gimana ceritanya kak?" Jadi begini, _Duduk yang manis lesehan biar sayanya lancar bercerita. Dengerin dulu ya_
Hari pertama dijalani dengan sukses dan bahagia; naik kapal dari Batam ke Singapura, then flight to Krabi from Changi Airport. While on our flight, we meet new fellows traveler Felix from Switzerland and Joyanna from Rio de Janeiro, Brazil. Bersama Felix, kami akhirnya bersama dari stasiun bus. Kami menginap di satu lokasi di kawasan Paknam, Kongka rd, Krabi Town, tapi hostel yang berbeda dan memutuskan mencari alamat penginapan bersama. Mengenai penginapanku di No.7 Guest House, dari Indonesia, sebelumnya saya booking dari  booking (dot) com. Di tengah jalan, kami berpisah dengan Felix karena ia memutuskan untuk makan dulu karena lapar. Dia mengajak kami untuk makan bareng dulu, namun karena sudah kelelahan akibat belum ada tidur sama sekali dari hari sebelumnya saya dan teman seperjalananku, Zikria memutuskan mencari penginapan dulu, menyimpan tas, baru mencari makan.

Ketemulah itu hostel, say hi dengan pemilik yang ramah, check-in, lalu  kuliner murah di pasar malam Chao Fa Pier dengan menu lokal dan menikmati malam di Krabi untuk pertama kali.

Karena kelelahan yang luar biasa, mungkin karena tidak ada tidur juga sehari sebelum keberangkatan, setelah pulang sightseeing Krabi town di hari pertama, balik ke hostel, niat mandi jadi terlupakan. Kami ketiduran sampai bablas hingga pukul 04.08 am, bahkan Zikri pun lupa solat barangkali.

Tidur lagi, bangun, dan leyeh-leyeh hingga pukul 9.00 am. Mandi, persiapan, check out in Pak Nam, titip backpack di lobi, lalu memilih mengunjungi tempat wisata yang terjangkau kaki untuk menghabiskan waktu sebelum bus menuju Bangkok menjemput kami ke hostel pukul 4.00 pm .

Di hari kedua ini kasus penipuan dimulai. Jujur, sebenarnya, saat mengunjungi Big black Crab Statue, lambang Kota Krabi di 0 KM, perasaan saya sudah tak enak. Pengen membatalkan saja perjalanan ke Bangkok, meski tiket bus seharga THB 1300 (for 2 persons), tiket penginapan di Bangkok, dan tiket flight back to Krabi sudah di tangan. Why? I don't understand that feeling in one time.

Saya tak mau mengemukakannya ke Zikria. Saya menjaga perasaanya, karena ini adalah perjalanan terjauh pertama yang ia lakukan, dan dia sangat excited mengunjungi Bangkok (she told me before). Saya tak mau mematahkan harapan dan senyum bahagianya.

In short story, pukul 04.06 pm, seorang pria menjemput kami dari penginapan. Mengangkut tas kami dan meletakkan di mini van yang parkir di depan penginapan sekaligus travel agent tempat kami membeli tiket bus Krabi-Bangkok yang memang sangat dekat dari hostel tempat kami menginap. Hanya dua menit jalan ke simpang lalu naik menanjak di pusat Krabi town.

Di mini van itu, beberapa penumpang sudah ada. Pasangan dari Taiwan Gaby dan Afra, Seorang Poland, dan tiga penumpang dari Rusia, seorang diantaranya bapak-bapak, dan Lucy dari Inggris (Ini semua saya ketahui setelah kejadian. Akhirnya kami semua berkenalan). Si pria yang menjemput kami itu, itulah yang menjadi supir kami. Dia lalu menghitung penumpang, meminta tiket, dan lalu sambil senewen mengatakan mobil belum bisa berangkat karena masih menunggu dua penumpang lagi.

Maka datanglah Flavia dan pacarnya sambil menenteng botol bir di tangannya. Mereka dari Brazil. Saya dan Zikria duduk di belakang. Sebelumnya, Lucy sudah duduk di pojok kanan belakang. Lantas saya memilih duduk di pojok kiri, di sampingku Zikria, dan Flavia duduk di tengah belakang. Sementara pacarnya, duduk di depan berdampingan dengan backpack/ barang kami.

Awalnya perjalanan mulus. Hingga satu jam lebih setelah keberangkatan, Flavia beranjak dari kursinya, dan menanyakan dengan sopan kepada si supir, ' Berapa lama lagi ada gas and oil station atau rest area? Karena dia mau pipis'.

Si supir lantas menjawab dengan bahasa Thai "toilet? &@$((:710"&$". Si Flavia lantas memohon lagi "Jika ada gas station yang mempunyai toilet atau rest area dekat sini, just let me know. I wanna pee. Atau bila perlu, saya kasih kamu tip deh. Sumpah saya udah kebelet pipis banget. Please!!! begitulah yang Flavia katakan sambil memohon. Eh si supir malah langsung marah sambil teriak "go go... goo f*** you" lalu memasang musik kuat-kuat.Ya jelas kaget dong si Flavia dan kita semua penumpang. Bahkan si pasangan asal Taiwan yang tertidur tersentak bangun.

Kaget diumpatin, si Flavia pun mengumpat balik. "Are u kidding me? I just want to ask you about the toilet. Is it wrong as an passenger? You fucking a****le not me". Mendengar kata itu, si supir ngerem mendadak, lalu mengambil botol air mineral yang ada isinya sambil mau melemparkannya ke si Flavia. Takut kena, otomatis saya teriak "NO!!!! Don't do that.. Stop it please!!!!!!!!!!".
INI tampang si supir gila itu.
Lalu si supir menjalankan mobilnya lagi kencang-kencang sambil marah-marah tak jelas dengan bahasanya. Bapak-bapak Rusia yang duduk di seat solo tengah lantas merespon, membela si Flavia lalu memaki si supir. "Hei!!! How can? She just wanna pee and talk to you with a goodness. Heiiii!!! Are you crazy??".
Pose lainnya.
Mendengar kata "crazy" dengan suara keras, si supir lantas menghentikan mobilnya kembali, mengambil stick dongkrak, lalu membuka pintu, dan menantang si bapak Rusia untuk turun. Dia juga mengusir si Flavia. "Saya gak mau, i pay u " balas si Flavia.

Pokoknya drama banget deh saat itu. Saya, Zikri, dan Lucy hanya mampu saling berpandangan, sambil membujuk Flavia untuk tak membalas perkataan sang supir gila itu lagi. Tiba-tiba Flavia membuka HP-nya sambil bergumam ia akan melaporkan kejadian ini ke kantor polisi.

Gadis  yang bekerja sebagai volunteer pendidikan di Asia Tenggara ini pun meminjam HPku untuk mengecek alamat kantor polisi terdekat. Saya meminjamkannya, membantunya mengecek internet. Ya namanya berkendara di tengah hutan, jaringan lelet pemirsah.

Selang 15 menit berkendara, di tengah hutan karet, si supir mendadak berhenti. "Kamu mau pipis? go!!!". Yeee siapa juga yang mau. Kami juga melarang Flavia untuk turun, takut terjadi saat dia turun, si supir langsung pergi meninggalkannya ya kan. Hingga tibalah di rest area di kawasan Amphoe Ban Na Doem di Surat Thani setelah 40 menitan tragedi yang mengagetkan itu terjadi. Sebelum turun, Flavia memohon kepada kami penumpang supaya semuanya turun saat dia ke toilet, untuk menghindari si supir meninggalkannya. Terdorong rasa kasihan, kami pun turun semua kecuali dua turis dari Taiwan tadi.

INI penampakan mini van yang membawa kami semua penumpang. Saya foto saat di rest area.
Saat si Flavia ke toilet, saya berbincang dengan seorang penumpang dari Polandia ._Duuh lupa namanya_. Dia mengatakan sebenarnya kesal dengan ulah si supir yang tidak punya etika kepada penumpang. "Saya sudah pengen ikut campur, tapi saya pikir, ini di negaranya, saya pendatang. Saya malas bersentuhan dengan masalah di negara ini. Lagian ini bukan urusan saya," ujarnya.. _Egois banget sik lo bang..Eh tapi ada benernya juga sik_

*Ditelantarkan di Warung Tengah Hutan

Selang lima menit, kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Sekitar satu jam kemudian, si supir membelokkan mobilnya ke halaman warung di pinggir jalan. Warung itu kaya warung di kampung, dimana warungnya terpisah dari rumah di belakangnya. Sementara di sisi kiri dan kanannya hanya kebun tak ada rumah tetangga. Di seberangnya? hutan. Lho kok? Lalu si supir mengeluarkan semua tas kami sambil bilang, bus akan menjemput kami dari warung tersebut. Tapi masa iya sik, kami dijemput dari tengah hutan begini? Bukannya saat membeli tiket, si sales Travel Agent itu bilang kami akan berganti bus di Stasiun Surat Thani? Kok ini tak ada tanda-tanda stasiun?.

Saya pun menanyakan itu sama Zikri. Zikri hanya menjawab "Ikut ajalah kak maunya si supir gila itu," ujarnya sambil duduk merangkul tasnya bergabung dengan para penumpang lainnya yang sudah duluan turun dan beristirahat di belakang warung.

Mini van itu terparkir di halaman samping warung tersebut. Si supir mengobrol sekilas dengan pria yang duduk di depan warung, lalu masuk ke warung,dan sejak saat itu dia tak muncul lagi. Hingga akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 18.05, si ibu pemilik warung sambil menggendong anaknya yang masih bayi dengan Bahasa Inggris seadanya datang menemui kami yang tengah berbincang-bincang sambil makan dan minum karena lapar. "I'm sorry, unlucky to you all. Tidak ada bus yang berangkat malam ini karena ada banjir besar  di kawasan Phun Phin," ujar sang ibu.

What? kami semua kaget. So, bagaimana dengan nasib kami? Batallah sudah tiba pagi hari di Bangkok, mengunjungi Wat Arun Temple, atau penginapan di Khaosan bakal hangus. Kasihannya lagi, si pasangan Taiwan langsung pengen nangis gitu, karena penerbangan mereka menuju Hongkong pukul 09.00 pagi, sedangkan si Lucy akan terbang dari Bangkok menuju Chiang Mai. Pokoknya semua rencana perjalanan yang kami buat saat itu terancam batal.


"Saya sangat menyesal dan kasihan kepada kalian. Tapi uang tiket yang kalian bayarkan tidak akan kembali. Hanya saja, kami akan membantu, mengantarkan kalian ke Surat Thani Station dan pergi ke Bangkok dengan naik kereta api. Itu pun kalau masih ada tiket malam-malam begini. Tapi kalau kalian tak berhasil naik train, kalian bisa menghubungiku, dan kalian bisa menginap di sini sampai besok pagi. Bagaimana?" tawar si ibu yang sok baik. _Ada alasan saya bilang doi sok baik_

Memikirkan berbagai rencana yang akan berantakan, lantas saya bertanya ama temanku, Zikria. "Bagaimana ini Zik? Lanjut atau tidak ini kita?".
Zikri jawab, "Aduh kak, uangku sudah menipis. Tiket kereta THB 1.200, mahal. Belum lagi bayar sisa penginapan di Bangkok nanti," ujar dia sambil kode bisa jadi dia tak mau melanjutkan lagi perjalanan hari itu.
"Udah kamu tak usah pikirkan uang dulu, pakai uang saya aja. Mengenai nanti-nanti, selesaikan setelah kita pulang ke Indonesia saja. Kita naik train saja. Makanya kalau jalan ke luar negeri itu sisihkan dana tak terduga entah berapa, ini kamu bawa pas-pasan," ujarku mencerewetinya. hahaha _Maaf ya Zik, saya cerewet para waktu itu_


*Sadar Ditipu Setelah Ditinggalkan di Surat Thani Station

Di tengah kepanikan di Surat Thani station. Malam-malam lo guys, sepi..
Kami semua penumpang memutuskan untuk diantar ke Surat Thani station oleh suami si ibu itu. Tiba di sana, usai dia menurunkan kami dan semua barang bawaan, tanpa ba bi bu, dia langsung tancap gas meninggalkan kami yang hanya bisa melongo.

Masuk stasiun menuju loket, oleh petugasnya bilang "Tidak ada lagi tiket kereta malam, dan tiket kereta pagi tak bisa dibeli malam. Kami pun lantas keluar stasiun, mencoba menghubungi si ibu pemilik warung tadi, yang nomornya sempat diminta oleh Zikri. Dia mengangkat teleponnya, saya mengungkapkan bahwa tak ada tiket kereta lagi. Bisakah suaminya menjemput kami lagi, dan minta diantarkan ke bandara Surat Thani saja.

"Hubungi saja suami saya. Dia masih disitu kan?" Ah elah ibu, kalau suami ibu masih disini, kami pun tak akan menghubungi beliau. Masalahnya sehabis menurunkan kami, dia langsung tancap gas. "Oh sebentar saya hubungi dia dulu,". Lama tak ada jawaban. Melalui ponsel Lucy, kami kembali menghubungi si ibu, dia mengangkat dan bilang "Nomor suaminya tak bisa dihubungi,". Habis itu tak tahu lagi ngomong apa, dia mematikan ponselnya dan tak bisa lagi dihubungi sampai sekarang.

Kesal dengan nasib kami yang luntang-lantung, si bapak-bapak Rusia yang jalan bareng dengan anaknya itu kesal. "Kita kena scamming. Kita ditipu. Ini tak bisa dibiarkan. Kita harus melapor ke kantor polisi," ujarnya galak.

"Bagaimana bisa mereka memberlakukan warga pendatang di sini? Ini sudah malam. Tak manusiawi," tambahnya mengumpat.


Sejak saat itu, sadarlah kami semua bahwa kami telah ditipu, ditelantarkan dan ditinggalkan. _Sedih banget ye_

Di sela kepanikan itu, datang seorang bapak-bapak yang menawarkan bantuan. Dia minta kami istirahat di rumahnya sambali membagikan selebaran, bahwa dia punya restoran dan bar di dekat stasiun. Kami kurang merespon bapak itu dan masih berkutat apa yang harus kami lakukan saat ini... (Bersambung)

9 comments :

  1. Yah..kok.bersambung. ceritanya seru nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar ya, dalam minggu ini cerita part 2 will publish :)

      Delete
  2. Zikria..versi nama perempuan dari nama anak saya Ziqri. Huehehe.
    #pukpuk kak Chay. Penasaran sama kelanjutannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuiih keren berarti nama Zikri ini ya.. haha

      Sabarrr will publish soon ya

      Delete
  3. lain kali ajak aku kak cay nanti aku akan menjagamu noona ,,,..

    ReplyDelete
  4. Di tunggu cerita sambunganya,, saling menyambung semakin seru

    ReplyDelete
  5. I savor, lead to I found exactly what I used to be taking a look
    for. You've ended my four day long hunt! God Bless you man. Have a great day.

    Bye

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler