28

26 Oktober tahun lalu, di jam yang sama seperti sekarang, 23.48, saya berada di ruang kamar private 12, di Backpacking Club Hostel, Ho Chi Minh, Vietnam.

Itu kali pertama saya menginjak negara itu, dan itu pula pilihan saya menginap karena tuntunan buku perjalanan yang kujadikan sebagai guide sebagai seorang solo traveler atas bantuan Luang, mahasiswi Vietnam, dimana saat itu kami satu bus dari Bandara Tanh Son Nhat menuju Distrik 1.

Malam, persis seperti malam ini, aku baru saja duduk di kamar, menyalakan tv setelah sebelumnya keluar keliling Bui Vien dan Pham Ngu Lao Street, makan malam, surfing internet di lobi hostel sambil makan buah peach, mencari penginapan di Phan Tiet untuk perjalananku berikutnya, keluar dari Ho Chi Minh kala itu.

Sama seperti malam itu, di double bed itu, seperti malam ini, aku duduk termenung. Merefleksi ingatan yang lalu, saat pengulangan hari lahir tiba. "Ah masih seperti yang dulu. Doaku masih sama seperti yang sebelum-sebelumnya, tak akan berubah".

Aku tak mau mencereweti Tuhan lagi. Terlalu banyak menuntut. Aku sadar, gampang sekali dicobai dan jatuh ke dalamnya. Saat diberi "yang menurut aku berkat" gampang saja aku ingin melupakanNya dengan alibi "Toh masih sama kok Tuhan yang kami sembah". Termyata, dari atas Ia tersenyum. "Anakku Chahaya Oktiberto Simanjuntak, apa yang kuberi kepadamu, itu bukan berkat, melainkan pelajaran supaya kamu lebih menghargai Berkat2 besar yang akan Kuberikan, supaya kamu benar2 memuliakan Tuhanmu tanpa melupakannya dengan gampang". Ya, barangkali itu ucapan Tuhan kepadaku, dan sekarang aku mengucap Syukur atas itu.

28 tahun, atau 10.227 hari aku telah ada di dunia ini. Itu anugerah, aku dengan bangga mempersaksikan "Aku anak pilihan Tuhan". Mengalahkan jutaan sel sperma yang mencoba bertahan hidup setelah menyatu ke sel telur. Kala itu, di dalam kandungan ibuku, cuma aku yang bertahan. Kompetisi sel itu, aku menang. Itulah kompetisi pertamaku mengarungi kehidupan. Dalam satu dunia rahim ibu, aku dikeluarkan menghadapi dunia, bumi dengan galaksi bima sakti. Melihat indahnya apa yang Tuhan ciptakan di dunia. Disinilah aku sekarang, menghadapi kompetisi kedua, Kompetisi di dunia.

Siapa aku? Aku anakNya yang ia berikan melalui kedua orang tuaku dan enam saudaraku. Bersama mereka, Dia yang tak pernah kulihat namun kupercaya itu, aku belajar sosialisasi, belajar bahasa, belajar sopan santun, belajar alam sekitar, belajar bertahan di kala miskin, belajar dari kesombongan saat ada, dan belajar melenyapkan kesombongan dan ego itu. Berkat utama yang kurasakan saat Ia hadir dalam hidupku: KELUARGA.

Siapa aku sekarang? Kesatria Cahaya. Seorang kesatria akan selalu bangkit saat ia terjatuh. Mampu merasakan sakit dan langsung membebatnya sendiri. Mampu bertahan di tengah derasnya gelombang hidup. Mampu bersyukur dalam berbagai situasi.

Apa yang aku butuhkan? TanganNya. Ya, tangannya yang selalu menopangku, yang tak pernah meninggalkanku setiap saat. Diberinya duka dan luka bagiku untuk belajar, aku dihajarNya untuk menjadi bijaksana, dan diajariNya berkhidmat lewat perjalanan hidup.

Siapa musuhku sekarang? Kemalasan dan apatisme. Saat ini aku tengah berjuang mengalahkan kemalasan dan apatisme itu. Tengah berjuang supaya tak tawar hati dan hanya pasrah menerima keadaan. Aku berjuang menerima apa adanya diriku sekarang tanpa dikalahkan daging. Roh memang penurut, tapi daging lemah. Dagingku lemah saat ini, but i'm sure i can beat them unto the kindness of me. Here i am come to You Lord.

Bagaimana dengan harapanku? Dia memegang hari esok. Tak peduli apa pun yang kuucapkan dalam doaku, ia selalu memberi yang terbaik bagiku. Kadoku di ulang tahun ke 28 ini: Jadilah kehendakMu di bumi seperti di Sorga padaku. Peganglah erat tanganku, jangan Kau lepaskan, sehingga aku mampu berdiri menjadi batu karang.

Terimakasih ya Tuhanku atas berkat usia yang Engkau beri. Biarkan aku merasakan anugerahMu yang besar setiap pagi, biarkan aku menatap hari esok dengan masa depan yang cerah, biarkan aku mampu menghadapi gelombang hidup tanpa melupakan namaMu. NamaMu, ya namaMu ya Tuhanku, akan kujadikan senjata dalam setiap detik hidupku. Amen.

COS,27 Oktober 2014
Selamat ulang tahun Chahaya. Jadilah sesuai namaMu.
Baloi Indah.

Post a Comment

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler