Swept Away from my Heart

Aku menutup mataku, mendengar kembali suara orang yang kukasihi dalam ingatanku.
Awalnya lembut, lalu mendadak ketus siap mengeluarkan uneg-unegnya.
Whats wrong?
Oh. Itu lagi.. Ya itu lagi.
Berubah lagi.

Kembali tersulut.
"Mereka itu siapa?? Mau masuk jadi bagian kita-kan?. Sudahlah, kalian memang terlalu lemah, tapi aku tak menyalahkan kalian, karena kalian itu baik dan terlalu peka".
Lantas mereka siapa??!! Pangkat yang mereka banggakan? Lantas menginjak??
Harga diri? Euforia pemimpin mendapat sambutan hangat dalam hajatan?! Tai!!
Itu tak ada harganya di mataku.

Berharga di mataku adalah manusia-manusia yang sama-sama mengerti.
Manusia-manusia yang "omongan dan sikapnya" layak diberi harga, bukan plin plan.
Orang tua atau anak, kalau sifatnya banci, ya akan tetap jadi banci.

Cinta?? Heh!! Makan itu cinta.
Fuck!! Jangan sakiti bagianku dengan ulah kampungan seperti itu.
Bagianku bukan bola, bukan juga permainan.
Dan hei kamu bagianku, bijak dan tanggaplah. Bukan hanya dia saja mahluk di dunia ini.
Ada, banyak!!!.
Mending terlihat sekarang apa yang kamu anggap baik, kamu pertahankan dan nyatanya kamu "dipermainkan" itu berarti jawaban dari LEPASKAN banci kaya dia.

Tuhan melepaskan apa yang kamu anggap baik, untuk memberikan apa yang Dia anggap terbaik bagimu.
Syukuri kejadian ini, berterima kasihlah padaNya.
Tuhan memberi yang sepadan sesuai kebutuhan anak-anakNya.
Tuhan menguatkan orang-orang yang kukasihi, memberinya ketegaran dan kesabaran.
Tuhan membuka mata "orang-orang kaya yang tak berhati" itu sehingga bijaksana.

BI, 23.55 pm
12 agustus 2014
C.O.S

Post a Comment

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler