Prepare My Melaka FamTrip

Apalah arti perjalanan kalau tidak diabadikan menjadi sebuah kenangan? karena kelak itu akan menjadi nostalgia saat kita menua bersama. Majunya peradaban telah mencipta berbagai teknologi mutakhir, mencipta keberanian bagi setiap individu-individu untuk semakin mencari serpihan hidupnya, mengunjungi kawasan-kawasan baru, menjejak alamnya, mencicip rasanya, lantas menghargainya sebagai maha karya ciptaan Sang Maha.

SAYA memutuskan mengambil cuti tiga hari dari kantor tempatku bekerja, untuk bisa mengikuti undangan FamTrip Karnival Citrarasa Homestay Malaysia 2016 yang diadakan majalah travel Malaysia, Gaya Travel Magazine bekerjasama dengan Ministry of Tourism and Culture (MoTaC) Kerajaan Malaysia di Melaka.

Bekerja sebagai asisten editor pelaksana, tak mudah meninggalkan dua tanggung jawab yang kukerjakan. Pasalnya, itu telah menyatu menjadi profesiku setiap harinya. Berat memang meninggalkan pekerjaan sehari-hari apalagi meninggalkan sementara keseruan editing, pemilihan foto, dan mencereweti reporter yang kerjanya kurang kece. Belum lagi keseruan kocak yang kami ciptakan bersama tim di kantor. "Tapi-kan, saya butuh piknik kak? ya sudah pergi deh!!!"

Sehari sebelum keberangkatan di 2 November, saya pun membeli tiket kapal tujuan Batam-Johor Bahru. Ya, menuju Melaka, saya memilih opsi menggunakan transportasi laut dan darat, daripada memilih terbang dari bandara Hang Nadim, lalu transit di Bandara Kuala Namu Medan, sebelum lanjut terbang ke Melaka. Lelah Hayati kalau sudah begini sik. Sebenarnya sama-sama lelah sik, cuma lebih hemat biaya kalau memilih opsi naik kapal. hehe.

Karnival Citrarasa Homestay 2016, Melaka, Malaysia, Kamera Gopro, Elevenia, traveling, Malacca, Catatan Traveler, Chahaya Simanjuntak, Chaycya, Visit Malaysia, Malaysia Truly Asia, Wefie, Backpacker, Famtrip, Gaya Travel Magazine, Kaki Gunung Ledang, Johor Bahru, Negeri Sembilan, Review,
WEFIE di kaki gunung Putri Ledang, Melaka. Wefie menjadi kegiatan wajib saat jalan bareng bersama sahabat/rekan/atau pun teman baru dalam setiap kegiatan perjalanan.
 Pagi di hari H keberangkatan, saya mulai packing barang yang akan dibawa ke Melaka. Tiga pasang baju dan pendukungnya (check), dua pasang sepatu (check), aneka kabel HP, power bank, (check), kamera  (check). Oh ya, berbicara mengenai kamera, saat ini kamera sudah mengalami revolusi cepat. Kalau dulu dalam perjalanan kita bangga bawa kamera gede, pamer DSLR, nah sekarang, dibalik kebutuhan manusia yang ingin traveling tanpa ribet, mereka pun butuh kamera dengan bentuk simpel tapi dengan hasil luar biasa. Contohnya kamera Gopro. Kamera Gopro adalah menjadi barang wajib atau bahkan menjadi pacar/sahabat bagi traveler untuk mengabadikan momen-momen seru dalam perjalanan sekarang ini. Perjalanan akan terasa kurang apabila tidak ada tangkapan gambar yang mengabadikan momen kebersamaan dengan para rekan pejalan ya kannnnn?!.  Kumasukkan semua barang packingan tersebut ke dalam backpack yang biasa kupakai setiap traveling. Packing DONE!!!  saatnya prepare berangkat menuju Pelabuhan Internasional Batam Center.

Saya berangkat bersama rekan, kakak Lina W Sasmita yang juga diundang. Kami janji temu di Pelabuhan Batamcenter. Dari sana, kami berangkat menggunakan kapal fery menuju Pelabuhan Stulang Laut (Sekarang Berjaya Waterfront) di Johor Bahru, lalu lanjut naik taksi  menuju terminal Larkin untuk mendapatkan bus menuju Melaka. Saat hendak naik taksi, kami harus melalui drama tawar-menawar dengan tukang taksi dulu di Stulang Laut. Belum lagi ditambah jaringan internet yang tidak langsung nyantol usai beli kuota dari kedai digi.

Me: Berapa?
Driver Taksi: 30 Ringgit.
Me: Mahal banget, biasa juga cuma 12 ringgit dari sini. Ke Jalan Taat lagi
Driver Taksi: Oh tak bisa lagi. Minyak sudah naik. Semua mahal. 20 Ringgitlah. Kalau mau 12 ringgit, lama. Jem (traffict) lagi.
Me: (sambil berlalu) Enggak deh.

Kami pun pusing-pusing sejenak. Hingga akhirnya, seorang supir taksi keturunan Tionghoa menawarkan ke Larkin seharga RM 15 (Setara Rp 48 ribu). Ya sudah deh, yuk cus. But you know guys? Kami harus jalan sekitar 150 meter ke tempat dia memarkirkan taksinya. Positive vibe: Hitung-hitung olahraga deh.

Lucky for us, sesampai di terminal Larkin, tanpa perlu menunggu dan antri beli tiket, seorang agen menawarkan langsung bus tujuan Melaka yang akan segera berangkat. "Bayar di bus sahaja," ujarnya.
Menaiki bus Delima dengan membayar tiket seharga RM18/pax (setara Rp 57.600), kami berangkat. Hari sudah mulai gelap saat itu. Kulihat arlojiku, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 06.015 PM waktu Malaysia. Kepada panitia, Shamsul Bahrine Zainuzzaman (Sham) dari Gaya Travel Magazine, saya mengabari, bahwa kami akan telat tiba di hotel. "Lucky for us, we are heading to Melaka. Otw now and maybe arrive lately at 10 PM," chattingku mengabari Sham melalui WhatsApp. Dia pun membalas OK, dan supaya kami mengabari apabila sudah tiba di Hotel Settlement Melaka, tempat kami menginap.

Tiga jam perjalanan dari Larkin, kami pun tiba di Melaka Central disambut hujan gerimis.  Waktu sudah menunjukkan pukul 09.32 PM (Malaysian time). Menggunakan grabcar plat BKV 5228, sang supir Lo Shan Qian mengantarkan kami hingga ke depan The Settlement Hotel Melaka di Jalan Ujong Pasir, sebuah kawasan perkampungan Portugis di masa lampau, yang kini masuk ke dalam perlindungan UNESCO World Heritage.

Check in di kamar 210, mandi, lalu turun mengagumi desain interior hotel yang sangat elegan, perpaduan klasik Jawa dengan modern. Kukeluarkan kameraku, kuabadikan sudut-sudut hotel yang menurutku menarik. "Aduh aku lapar Chay, cari makan dulu yuk," pinta kak Lina. Bersama kak Lina, kami pun mencari makan malam ke sebelah hotel dan menemukan restoran India yang menyediakan paket nasi lemak seharga RM 10 dengan rasa lumayan enak. Kembali ke hotel, istirahat, untuk bisa melanjutkan kegiatan esok harinya, Famtrip kuliner dan mengunjungi incredible place in Melaka seperti ke Kampung Alai, ke Asahan mengunjungi kaki Gunung Ledang, kuliner kambing di Kampung Jasin dan berbagai kegiatan lainnya  bersama 30 undangan blogger/social influencer dari lima negara seperti Indonesia, Malaysia, Belanda, Perancis, dan Jerman. ***

 
HOW TO GET MELAKA, Malaysia from Batam, Indonesia :

- Bisa menggunakan kapal dari Pelabuhan Batam Centre atau Pelabuhan Harbour Bay menuju Stulang Laut (Berjaya Waterfront) di Johor Bahru (JB) === Harga tiket PP/return = Rp 295.000 + seaport tax Bth-JB Rp 65 ribu, JB-Bth RM 16 (Rp 51.200)
- Dari Stulang Laut menuju Terminal Larkin. By Taxi (average 15 RM atau setara Rp 48.000,_) atau bisa juga dengan naik bus RM 1 (Rp 3.200). Cuma dengan catatan, kalau mau naik bus, berikan spare waktu menunggu minimal 30 menit sampai 1 jam.
- Dari terminal Larkin menuju Melaka, ada banyak pilihan bus. Seperti KLL bus, Delima, etc. You are free to choose. Harga tiket bus Delima RM 18 (Rp 57.600,_) sekali jalan. Dengan menggunakan bus dari Larkin, JB dibutuhkan waktu tiga jam untuk ketibaan di Melaka Central.
- Nah, dari Melaka Central, kamu bisa menggunakan taksi, atau bus menuju tempat penginapan yang kamu booking, lalu siap-siap exploring Melaka deh.. Salam perjalanan guys!!!



16 comments :

  1. glad so meet you and know you. see you again soon :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Uncle Zuan..
      Glad to meet you too, nice to know you and become my new friend.. Good luck Zuan.. sampai bertemu di event dan perjalanan-perjalanan berikutnya...

      Lots of love my Malaysian friend :)

      Delete
  2. Seru bangeet liat foto-foto kalian kemaren. Pengen ikutan, tapi apa daya cuti sampe akhir tahun udah gak ada :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Mba Dian,
      Iya seruuuuu banget mba.. Bayangkan jalan ama artis dan model tapi ga tau mereka itu artis dan model. Kirain sama-sama blogger doang.. wkwkwkw.. Setelah dibilangin baru ngeh, baru ngerjain. Seru banget sik jalan ama Gaya Travel Mag itu..,,

      next kita ikutan lagi yuk event lainnya mba..

      Delete
  3. kampung alai itu isinya orang yg nyebelin semua nggak (alay)?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear kak Rina,
      Hahaha.. bukan dong.. Namanya saja Kampung Alai, sebuah perkampungan di Melaka yang sebagian besar warganya menerapkan paket homestay untuk para turis/pendatang.

      Delete
  4. duh kece kali kak go internasional, dan malaka adalah kota tua yang kece abizz deh pokoknya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Asad,
      Go internesyenel ya Sad.. haha
      Iyaaaa, Melaka membuatku kagum atas bangunan-bangunan tuanya yang terpelihara.

      Delete
  5. Sepertinya seru nih, ngetrip ke Melaka.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru kang Sugi.. Cusss bedol desa ke Melaka.. hehe

      Delete
  6. Eh tapi gw kurang begitu suka sama hasil nya gopro ini, kayak nya kurang mantep hehehe. Masih lebih mantep pake mirrorless

    ReplyDelete
  7. Dear mas Cumi,
    Untuk landscape, boleh tahan deh hasil Gopro mas Cumi. Klo Mirrorless, bukannya tak suka, tapi belum sanggup beli hiks. haha

    ReplyDelete
  8. Coba pas pulangnya dari hotel ke Melaka Sentral naik grab lagi ya Chay, bisa hemat waktu kita. Gak kayak kemaren lama bingit.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear kak Lina..
      ho oh, bener bingit...
      next, pelajaran berharga, kita naik grab aja ya kak.. lbh murah, waktu lbh ontime.

      Delete
  9. Belum pernah ke Melaka, hope I'll be there soon ^-^

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler