Tak Khawatir Hari Esok

19 Juni 2013, pukul 00.37 WIB aku memulai tulisan ini di kamar kosanku yang sempit, sesak penuh barang.
Memikirkan makna hidup ditengah deru mesin kipas angin hitam besar yang agak mengganggu, ditambah lengkingan suara cengeng pemain wanita film Korea lewat DVD yang aku putar, aku memikirkan seperti apa sebenarnya hidup yang aku jalani hari ini?

Barusan saat mandi, usai menyelesaikan setrikaan dan menyusunnya ke lemari, di kamar mandiku, tetiba terlintas dalam pikiranku " Takkan kutakut hari esok, sebab Tuhan sertaku"
Wah, ada apa ini dengan hari esok? Mendadak aku khawatir. Di ruang berukuran 2x1 meter itu, sambil menikmati gemericik air dari kerannya, aku bernyanyi tanpa mengeluarkan suara, " Tak kutakut hari esok, sebab Engkau setia sertaku", kulanjutkan dengan medley "haposan Ho Tuhan, haposan Ho Tuhan, nasa naringkot di au diparade Ho". Lagu yang kunyanyikan secara medley ini sangat menghiburku, melegakan pernafasanku dan menghilangkan sesaknya pikiranku.

Memang akhir-akhir ini, oh ya, sejak Januari lalu, aku punya kerinduan merenovasi kecil-kecilan rumah orangtuaku. Rencana ini kembali menggelayut akhir-akhir ini, janji hati ini selalu terngiang di kepala setiap hari. ya, aku berencana mengirimkannya awal bulan nanti. Tapi melihat kondisi keuanganku,memperhatikan jadwal budget travelingku, dan tagihan dari kartu kredit, aku jadi berpikir, berpikir sekali, dua kali, 100 kali.

Namun bukan seorang chaya namanya yang bisa dengan mudah melupakan janjinya, kerinduannya meski itu baru diucapkan dalam hati. Aku tak akan menyerah, ah aku hampir menyerah lewat pikiran itu, lantas melupakannya dan membatalkannya. Anak seperti apa aku? Manusia seperti apa aku? Kalau aku mengecewakan temanku dengan selalu lama datang alias mereka selalu menungguku, aku memakluminya dan minta maaf kepada mereka, kadang janjian dengan waktu, seolah aku menghadapi ujian lomba lari dengan sang waktu, tapi dengan janji hati, aku tak bisa. Aku tak bisa.

Dilema? Ya, untuk saat ini. Untuk saat ini,dilema yang melelahkan, dilema yang melemahkan batinku. Tiba-tiba aku disadarkan, kenapa aku selalu mengandalkan pikiranku saat berkutat dengan "(masalah) pemikiran" dunia? chay!!!! Andalkan Tuhan. Ya, aku duduk bersila, mengingat Dia, berterimakasih atas hati yang selalu "menamparku, mencolekku"mengingatkanku atas adanya Dia.

Kenapa aku harus khawatir akan hari esok, padahal hari ini Dia memberiku berkat melimpah?
Kenapa aku selalu berkutat diri kala ada masalah, saat Dia mengajariku menghitung berkat-berkatNya?
Aku yakin, aku percaya, takkan ku takut, juga tak khawatir dan cengeng memikirkan apa yang akan terjadi esok.
Aku yakin bisa menepati janji hatiku sesuai keinginannya.
Bukankah apa yang kita impikan, dan juga kita doakan, kalau kita percaya, maka Jiwa Dunia akan bersatu padu menepatinya?
Aku percaya, hatiku percaya, apa yang kuperlukan Dia butuhkan.

Malam ini, aku lega
Malam ini, aku dikuatkan
Malam ini, aku diingatkan
Malam ini, aku lepas
Malam ini, aku diperhatikan
Malam ini, hanya ada aku dan Dia yang setia atas hal-hal yang kubutuhkan
Malam ini, aku di tanganNya, mendekapku penuh kasih, menghajarku supaya jiwaku penuh iman
Malam ini, aku percaya takkan ku takut akan hari esok yang terjadi,
Malam ini, aku mendapatkan harapanku yang kuterima di masa mendatang, meski aki belum menerimanya hari ini.
Terimakasih padaMu.

noted by:
Chaycya
BI 105
wednesday, 06 19 2013
01.06 am

Post a Comment

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler