My Itinerary: Seventh Days Short Escape to Krabi


Thailand, Krabi, Traveling, Catatan Traveler
Ao Plai Laem, Krabi.
 SELAMAT tahun baru 2017 semua eh selamat Imlek juga yaaaaaa....!!!!!!!
Tadinya ini menjadi postingan perdana di tahun ayam api ini. Namun apa daya, postingan tuntutan mitra menggesernya. Jadilah ini tulisan tenggelam di draft sejak 11 Januari lalu.

Oh ya, saya ingin berbagi pengalaman tujuh hari perjalanan mengunjungi Krabi, salah satu kota tertua di Thailand Selatan. Biasanya apa yang kalian pikirkan mengenai Thailand? Pattaya, Phuket, Bangkok, Phi Phi Island atau Lady Boy? Kalau saya, pantai-pantainya yang indah berbingkai tebing karst yang gagah. I'm in love with that since i've visited Phuket, sixth years ago.
Mengawali 2017 ini, Tuhan memberiku kesempatan kembali mengunjungi Thailand. Masih tetap di bagian Selatannya. Hal ini bermula dari kuis 'gila' berhadiah tiket PP Singapura-Krabi yang diadakan duapao saat peluncuran kapal wisata di Barelang, Juli 2016 lalu. Saya dan rekan Zikri menjadi finalis (ceile) kuis saat itu. Beradu kuat untuk saling menjawab pertanyaan MC, hingga akhirnya panitia memutuskan, pemenangnya akan mendapatkan dua tiket PP Singapura-Krabi. Dasar peserta kuis tak tahu malu, di hadapan pemirsa (sesama tamu undangan) dan panitia, berani membuat kesepakatan terbuka, siapa pun yang menang, itu tiket kami bagi berdua, daripada kuis terus berlanjut,yang ada malah bosan karena kelamaan. lol

Maka jadilah saya dan Zikri yang memenangkan tiket tersebut.Kami pun memilih liburan selama tujuh hari mulai 4-11 Januari. Oh ya, Zikri adalah gadis berjilbab yang saya baru kenal saat itu. Karena orangnya yang seru dan open minded tapi polos, jadilah kami langsung akrab.

Secara de jure, kami memenangkan tiket, tapi secara de facto, tiket baru kami dapatkan pada 7 November 2016 lalu. Pemikiran saat itu, 'ah masih di kawasan Asia Tenggara, amanlah tak usah pake itinerary ribet. Let it flow saja, yang penting tiket dan penginapan sudah di tangan,'  Sebulan sebelum keberangkatan, Zikri sudah memintaku meet up untuk mem-fix-kan rencana perjalanan ini kemana nantinya, dan bagaimana selama di sana.

Maka jadilah kami bertemu di kafe and resto Morning Bakery di belakang kantorku. Pembicaraan hari itu ada hasil? Tak ada. Serius sih serius membahas, tapi pada akhirnya kami cuma minum and makan roti doang sambil mencari-cari kira-kira penginapan mana yang layak buat Muslim taat yang rajin salat kaya si Zikri ini :). *Perbedaan itu indah teman!!! . Sesekali kami saling kirim link untuk penilaian apa itu penginapan layak atau tidak bagi kami. Menurutku sih, penginapan budget ya layak-layak saja. Harga sesuai pelayanan.

Dua hari sebelum keberangkatan, saya lantas berbalas pesan via Whatsapp ke Zikri yang sudah mulai sibuk menanyakan: Bagaimana penginapan? Sudah aman? Peta sudah diprint? bagaimana uang Baht? dimana tukarnya? bla bla bla... Saya yang dasarnya lempeng kalau traveling ke sekeliling Asia Tenggara cuma balas "Sudah kamu santai saja. Nanti apa yang saya pilih, itu saja penginapannya. Santai saja," ujarku.

Maka jadilah, saya membuat itinerary: 7th days short escape to Krabi.

4 Januari:
  • Pukul 05.30 WIB, dari rumah menuju Pelabuhan Ferry Internasional di Batamcenter untuk selanjutnya berangkat menuju Singapura dengan 1st ferry pukul 06.00 WIB.
  • Tiba di Singapura (Sedih kakak dek, kena antrian 2 jam gegara Imigrasi Singapura baru uji coba finger print untuk pendatang. Antrian jadi tidak stabil.. huft!!!), kami lantas langsung menuju Changi International Airport.
  • Terbang dari Singapura-Krabi ( dengan waktu 1 jam 35 menit)
  • Dari Bandara Krabi International Airport, lantas beli tiket shuttle bus, Phicet Bus seharga THB 90 ke Krabi Town, (Kalau dari Bandara Krabi ke Aonang (pusat touristy di Krabi, tiket seharga THB 120). Di pesawat, kami berkenalan dengan seorang perempuan Brazil Joanna Analiz, seorang lawyer yang baru beberapa bulan bermukim di Singapura. Tak hanya dia, kami juga berkenalan dan berbincang dengan Felix, seorang pengelana dari Swiss. Mulai dari pesawat hingga kami menuju Krabi Town dan mencari penginapan, kami bareng satu bus dengan mereka berdua. Felix di Krabi Town, sedangkan Joanna ke Aonang. "Nice to meet you Joanna, enjoy your holiday," begitulah ucapan perpisahan dari kami bertiga kepada Joanna saat kami turun di terminal Krabi Town. _Terminal bus di Krabi Town kaya terminal Sinar Nauli jurusan Medan-Balige di Jalan Sisingamangajara, Medan. :)_
  • Tiba di Krabi Town, dari terminal kami jalan kaki sekitar 1 km menuju dermaga Tong Jelard untuk mencari penginapan kami di No.7 Guest House. Ketemu, lantas check in. Setelah itu, keluar menikmati sunset dari dermaga sambil mencari makan malam di sana. Ada banyak pilihan makanan halal di sana. 
  • Balik ke hostel untuk mandi. Niatnya mau keluar lagi, eh jangankan keluar, mandi saja hari pertama itu tak jadi karena langsung bablas ketiduran hingga pukul 04.00 pagi. Ya kami kecapean, khususnya saya, belum ada tidur hari itu, so that's why i was walking like a zombie on that's day. hehe
5. Januari:
  •  Check out dari No.7 Guest House. Titip tas di lobi. Mengisi waktu dari pukul 08.00 - 15.00 GMT, kami memutuskan mengeksplorasi Kota Krabi yang kecil. Dari penginapan, kami berjalan kaki ke kuil putih Budha, Wat Kaew Korawaram. Di kuil yang hanya berjarak 600 meter dari penginapan ini, saya mengeksplorasi sekeliling kuil yang bentuk bangunannya unik. Sekilas seperti cake tart kalau diperhatikan dari tangga utama. Di kuil ini, seluruh pengunjung diperbolehkan memasuki hall utama tempat patung Buddha bersepuhkan emas dan aneka perlengkapan altar bersanding dengan foto almarhum Raja Bumibol Adulyadej. Di altar utama, pengunjung bisa duduk, menikmati ornamen khas Negeri Gajah Putih itu, sambil menikmati lantunan syahdu nan tenang dari kidung Buddha. ___MASUK KESINI GRATIS___
  • Mengunjungi dermaga Chao Fa. Di dermaga inilah titik 0 km Thailand yang ditandai dengan  0 KM di bawah patung burung elang atau Nok Naw. Karena masih suasana tahun baru 2017, di sini ada panggung foto ber-ornamenkan ayam. Pengunjung bisa foto-foto bebas disini.
  • Black Crab. Katanya tak sah mengunjungi Krabi kalau belum foto di patung kepiting raksasa ini. Patung ini berada persis di pinggir sungai Khao Khan Ap dengan latar belakang hutan bakau dan pulau Khan Ap yang gagah dengan tebing limestone-nya di kejauhan. Jarak dari monumen ini ke monumen 0 KM cuma 12 langkah alias dekat sekali.
  • Pukul 03.00 PM, bersiap kembali ke hostel untuk mengambil backpack yang dititipkan tadi pagi. Rencana hari itu, pergi ke Bangkok melalui jalan darat. Sebelumnya kami membeli tiket perjalanan Krabi-Bangkok masing-masing seharga THB 650. Lebih mahal THB 100-200 karena peak season alias masih suasana tahun baru. Rencananya, kami akan transit di Suratthani menggunakan shuttle bus. (Namun nyatanya, gagal berangkat ke Bangkok setelah drama penipuan dan ditelantarkan di Suratthani dengan alasan banjir. (AKAN DIBAHAS DIPOSTINGAN BERIKUTNYA)
6. Januari:
Thailand, Krabi, Traveling, Catatan Traveler
Ini dia partner in crime selama di Krabi: Zikria Budiman.
  • Karena batal berangkat ke Bangkok, pukul 11.30 malam, kami terpaksa patungan menyewa song thew (angkot publik Thailand) butut dari Suratthani menuju Krabi Town seharga THB 4 ribu. Jelas saja kami patungan 10 orang. Dan ke 10 itu adalah penumpang sesama korban penipuan yang berasal dari Inggris, Rusia, Taiwan, Brazil, dan Perancis. Sisanya dari Polandia, Rusia, dan Amerika memutuskan terbang dari bandara Suratthani._ Nilai positif dari kejadian ini, kami semua jadi kompak dan menertawakan kegilaan itu dan berteman di laman sosial_. Ke-delapan rekan itu menuju Bandara Krabi, sedangkan saya dan Zikri menuju Krabi Town. Kami yang pertama diantarkan ke kawasan Krabi Town. Saying good bye, tanpa mendengar celotehan Zikri lagi karena sudah emosi tingkat tinggi, saya mempercepat langkah menuju Pak Up Hostel, meninggalkan Zikri di belakang. Pokoknya itu hari sudah pukul 02.00 dini hari. Kepada Zikri, saya sampaikan pesan, "Pokoknya kamu jangan bicara. Biar saya yang menjelaskan kejadian yang kita alami. Saya ingin uang tiket kita kembali dengan cepat,". Zikri men-iyakan. _Ah kamu teman perjalanan yang baik Zik_. :). Singkat cerita, bersama Zikri, saya menemui frontliner hostel bernama Jay. Dia seorang perempuan yang ramah. Yang tadinya saya sudah menggebu-gebu pengen marah, tak jadi marah dan  menjelaskan duduk persoalan dengan inti "Pokoknya, we want our money back,". Dia sempat salah paham menganggap kami menipu, karena saat dia menawarkan kompensasi menginap di hotelnya kami tak mau. Jelas saja tak mau, hostelnya mahal karena weekend. Sebelumnya dia menawarkan kami mandi, membasuh diri dulu. Sudah lusuh banget kami memang saat itu. Dia pun mengembalikan duit kami. Tak lantas beranjak. Saya menanyakan kembali apakah tawaran mandi masih berlaku? "Oh sure," ujarnya sambil memberikan handuk bersih. In short story, usai Zikri, saya pun menuju lantai dua untuk mandi. Saat mandi, tetiba hujan turun dan deras. Sambil membilas badan, malam itu saya berdoa "Tuhan, tunjukkan hostel tempat kami menginap malam ini. Atau minimal, si Jay ini membiarkan kami duduk di lobi hostelnya deh sembari menunggu hujan reda,". Tuhan jawab doa saya. Sehabis mandi, baru buka pintu shower room, saya bertemu Jay disana sedang memandu bule perempuan yang mabuk ke kamar mandi. Dia menawarkan tempat tidurnya malam itu kepada saya dan Zikri. "Saya hanya punya satu tempat tidur. Kamu bisa menggunakannya," ujarnya. "Oh really? yeah, ini sedang hujan. Berapa saya bayar deh," jawabku. "Tidak, no need to pay, free for you two, Aku sudah mendengar ceritanya dari temanmu. Saya sangat kasihan kepada kalian yang ditipu. Sudah, pakai saja tempat tidurku. Atau coba saya ngomong ke temanku yang jaga di bawah, apa dia mau menawarkan tempat tidurnya untuk temanmu juga," ujarnya. Saat itu saya pengen nangis, pengen meluk dia. Cuma, saya hanya membalas jawaban "Oh Thankyou somuch.. Big thanks for your help. Sorry what is your name?". Disitulah saya tahu namanya Jay. :) Jadi malam itu, kami menginap tanpa bayar di Pak Up Hostel. Terima kasih kebaikanmu Jay.
  • Check Out dari Pak Nam, selanjutnya memilih Greentea Guesthouse masih satu kawasan dengan Pak Nam Krabi Town. Langsung booking dua hari 6-8 Januari. Seharian di tanggal 6, saya memutuskan banyak tidur karena kecapean. Palingan keluar cari makan ke pasar tradisional Krabi, dan malamnya menikmati hiburan weekend market dan kulineran. Hari itu saya lampiaskan dengan makan. Oh ya, penginapan ini tidak recommended guys, pemiliknya sombong. Masa baru pukul 09.00 malam, tamu-tamu hostel multinegara masih duduk di teras berbincang-bincang, eh tiba-tiba matiin lampu. Saat dia diprotes, Dia jawab "Ini sudah malam, saya mau tidur. Hujan ini, hujan. Dingin," sontak saya yang mendengar kala mau ambil air panas, kena omelan dia juga. "Mau apa?" "Minta air panas ndoro, mau seduh pop mie," - "Itu buruan," hih.. judes banget itu ibu pemilik. Hiks. Lagian kamarnya pun ga dibersihkan di hari kedua. lemari udah usang juga. Trus pembicaraan dari kamar sebelah terdengar ke kamar. Berisik deh.
7. Januari:
  • Hujan seharian. Memutuskan mengunjungi Wat Tham Sua atau Tiger Cave temple bermodalkan google maps, setelah membeli rain coat. Sudah jalan sejauh kaki melangkah hingga tiba di Taman Nasional Mangrove Forest Khao Kha Nap, kok belum berasa gerak-gerak neh google maps. Hingga akhirnya memutuskan singgah di toko kain, niatnya sih melihat-lihat saja sembari menunggu hujan deras agak reda. Dari si pemilik toko kainlah, Nisha dan ibunya mengatakan bahwa Wat Tham Sua itu jauh dari toko mereka. Harus melewati dua lampu merah, lalu belok kiri, dan jalan lagi sekitar 1,8 km ke dalam. "Mending kalian menggunakan Shong tew, bayar THB 20. Itu pun turun di simpangnya saja," ujarnya. Kawan, kukatakan padamu, jangan percaya google maps 100 persen. Kamu bisa tersesat seperti kami.. :). Tiba di simpang Tiger Cave Temple itu, dari kejauhan puncak bukit itu kuil sudah terlihat meski berselimut kabut tipis karena baru disiram hujan. Jalan 200 meter, Zikri memutuskan salat ashar di musala pinggir jalan. Saya pun menungguinya. Membunuh waktu, saya live ke Facebook pribadi. Belum sampai di kaki kuil, saya melihat Zikri sudah mulai lemas jalannya. "Kak, kita pulang saja yuk. Nanti saja sekembali dari Ao Nang kita kesini lagi. Yang penting kita sudah tahu jalan. Aku capek," ujar Zikri. Kasihan liat dia, belum lagi sendal jepit licin kena ujan dan lumpur. "Yuk cuss Zik, kita balik kanan," kami pun pulang ke Krabi town dengan pelan-pelan menuju simpang sebelum dapat angkot. Di perjalanan itu, kami menertawakan apa yang kami alami ditambah bumbu syahdu hujan sepanjang hari. "Jauh-jauh kita ke Krabi cuma kena tipu, batal ke Bangkok, jadwal berantakan," ujar si Zikrong sambil ngakak.
8. Januari:
  • Memutuskan pagi sekali berangkat ke Ao Nang, mengejar supaya saya bisa ibadah Minggu di salah satu gereja di sana. Namun apa daya, batal gereja, karena sesampai kami di Ao Nang, hujan tiba-tiba deras. Ya jangan mengutuk cuaca sih, inikan Januari, puncak musim angin utara hingga awal Februari di kawasan Asia Tenggara. Ya terang saja itu ditandai musim penghujan disertai angin kencang, dan ombak yang tinggi. Meski belum waktunya check in, kami memutuskan untuk segera menuju The Moment Hostel. Hostel yang menjadi favorit selama disana. Mengapa? karena itu hostel masih baru, bersih, dan rapi serta langsung di kaki Bhan Nong Tale. Harga sudah termasuk sarapan. Harga sih lebih mahal dibanding hostel budget yang lainnya, tapi menurutku setara dengan pelayanan. Ada kopi dan teh manis sepanjang hari. Hostel ini mengadopsi budaya hostel di Jepang. Bagi tamu yang menggunakan perkakas dapur, harus dibersihkan sendiri. Ruang baca tamu juga luas. Pokoknya ini hostel saya kasih rate bintang 5 deh. Serius. Hujan sepanjang hari, jadilah sorenya kami eksplore sebentar pantai Aonang, masuk ke pasarnya, lalu mencari makan malam dan menuju Ao Nang Mosque.
9. Januari:
Thailand, Krabi, Traveling, Catatan Traveler
Till we meet again Krabi. If God will.
  • Visit tiga pantai di Ao Nang. Hari itu saya batal keliling pulau Hong Island Trip karena cuaca buruk. Pemilik The Moment Hostel,  Mrs Chim pun mengembalikan duitku. "Maaf, mungkin lain waktu kamu bisa keliling Hong Island lagi. Berbahaya pergi sekarang. Semua perjalanan dibatalkan. Kamu bisa pergi ke Railaay," ujarnya. Kami pun memutuskan akan membeli tiket kapal ke Railaay beach di pinggiran pantai Ao Nang. Dan ternyataaaaa, lagi-lagi, kapal ke Railaay ditutup untuk dua hari ke depan. Alasannya? Apalagi? cuacalah. Jadilah kami hanya bermain di Pantai Ao Nang, Prha Nang beach dan ke Ao Plai Laem dengan mendaki tebing dan berkenalan dengan monyet nakal yang merampas makananku.
  • Sore harinya, kembali ke Krabi Town, check in ke P.N Guest House.
10. Januari:
  • Keliling enam distrik Krabi dengan merental motor seharga THB 180. Karena ini hari terakhir, dan sepertinya alam semesta berpihak pada kami, maka jadilah kami hari itu mengunjungi Wat Tham Sua kembali. Menaiki bukit, turun ke hutan tropisnya tempat ratusan spesies tumbuhan berusia ratusan tahun masih terawat dengan pemandangan puluhan gua dan kuil Buddha di dalamnya. Saya kasihan melihat Zikri. Di tangga ke 50 sebelum mendekati puncak stupa emas, saya memanggilnya "Zikriiiii, ikut ke atas nggak? Kalau enggak, kita ketemu di parkiran kuil saja. Saya mau lanjut keliling tebing," teriakku. Eh bukannya menyerah meski capek, Zikri malah ikut naik tangga menyusulku. Sambil terengah-engah, dia bilang "Sumpah kak, baru di sini aku keringetan tiap hari. Kayanya aku bisa kuruslah. Capek kali, pelan-pelanlah," ujarnya. Ngakak sih, tapi salutlah sama ini anak. :). Kami pun berjalan hingga ke ujung junglek tracking primary forest kuil ini. Pas mau balik, memikirkan akan naik dan turun tangga lagi, saya menguatkan diri. 'Kuat Chay, pasti bisa," keringat jagung dah saking capeknya.
  • Setengah hari di Tiger Cave Wat Tham Sua, kami pun melanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya di warung lokal halal di pinggir jalan, kami makan siang dulu. Zikri memesan nasi goreng seafood, saya memesan nasi plus Tom Yam. Meski warung pinggir jalan, rasanya juara men. Enak banget. Harganya cuma THB 50. Murah-murah sih makanan di Krabi menurutku. Dan bagi kamu rekan Muslim yang membaca blog ini, jangan takut deh ke Krabi, 80 persen makanannya Moslems friendly.
  • Selesai makan, kamu lanjut menuju Krabi Hot Spring. Awalnya sih ingin mengunjungi Saline Hot Spring di Khlong Tom.Namun karena tak kunjung ketemu sudah berkendara lebih dari 1,5 jam melewati enam distrik, maka jadilah kami ke Krabi Hot Spring. Sudahlah berjalan mengitari hot springnya, sudah merendam kaki di salah satu kolamnya, eh tetiba perempuan datang menghampiri Zikri dan bilang harus bayar THB 150 untuk bisa masuk ke kawasan ini. Zikri dengan polos bilang "Oh sorry kami salah. Kami akan keluar," Baht si Zikrong kala itu sudah menipis. Saya yang belum 5 menit berendam kaki, harus keluar dari sana. Dengan muka lempeng kami menuju parkir sepeda motor, setelah keluar dari kawasan itu, kami ngakak sekuat-kuatnya. Jauh-jauh berkendara melewati enam distrik, eh cuma lima menit menikmati dan harus pulang. Hahahahaaahahahaha (Izinkan saya ngakak lagi deh).
  • Malamnya, kembali mengunjungi pasar tradisional Krabi. Ini untuk membeli makan malam dan sambil say good bye karena keseringan kami makan dan jajan di dalamnya.Lalu mengunjungi Krabi History Wall museum yang memang berseberangan dengan P.N Guesthouse tempat kami menginap.
11 Januari:
  • Pukul 06.00 mandi dan check out. Lalu berangkat ke stasiun bus yang hanya 100 meter dari penginapan. Jadi saya sengaja memilih penginapan itu karena aksesnya dekat ke stasiun bus, sehingga tidak ada alasan telat ke bandara, karena memang penerbangan kami pulau dari Krabi menuju Singapura pukul 10.00
  • Pukul 10.00, pesawat Airasia membawa kami kembali ke Singapura. Ontime scheduled

PERKIRAAN BIAYA-BIAYA:
  • Tiket PP Batam-Singapura : IDR 350.000
  • MRT Harbour Front to Changi : S$ 2.9
  • Pichet Bus KBV to Krabi Town : THB 90
  • 1D Penginapan No.7 Guest House: THB 175
  • 2D penginapan Greentea Guest House: THB 400
  • 1D The Moment Hostel Aonang: THB 300
  • 2D P.N Guest House : THB 300
  • Makan harian: hitung saja kalau makan tiga kali sehari, rata-rata menu THB 50 dikalikan 3. (But i'm not sure bagi para traveler yang lain. Kalau saya sik, kalau enak, beli. Kalau lagi gak minat makan, males. Kadang rappel makan pagi ke makan siang. hehe)
  • Mini van dari Krabi town ke KBV : THB 90
*Konversi:
  • 1 S$ = IDR 9.400
  • 1 THB = IDR 420 (Tips selama di Thailand di bagian mana pun, jangan pernah tukarkan mata uang Rupiah. Mata uang kita jatuh disana. Bisa dihitung Rp 520-550 per Baht. Mending bawa mata uang Dolar Singapura atau mata uang Dolar Amerika. Ratenya bagus banget. 100 dolar kalau ditukerin ke Baht, trus dikalikan lagi ke Rupiah, bisa untung deh kita. 100 dolar Singapura bisa jadi Rp1.004.000 kalau dikonversi lagi dari Baht. Nah lho berapa Baht tuh? hitung sendiri yaaaa. Kan pinter Matematika.. hi hi bye!!!***
 _Till we meet again Krabi, Thankyou duapao and my partner in crime while in Krabi, Zikria Budiman_



4 comments :

  1. Ladyboynya cantik ga kak? Hahaha

    Btw foto kakak yang sendiri, keren kak... Kece banget. Tulisannya juga informative

    ReplyDelete
    Replies
    1. bocahudik,
      Waaah selama di Krabi saya ga ada nemu Ladyboy, tapi kalau di Phuket dulu ketemu bahkan ke tempat shownya di Simon Cabaret Show. WUidih, pokoknya Fie, kalah kecantikan perempuan dibandingkan kecntikan ladyboy Thailand. mulus booo mereka.. hahahaa

      Thankyou Fie

      Delete
  2. Wah.., keren banget tyempatnya mbak.., tempat itu yang biasanya aku liat di photo kalender, semoga aku bisa ketempat itu ya mbak!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yelli Sustarina,
      Iya lokasi wisata alamnya di Krabi keren-keren. Terimakasih.
      Mudahan bisa segera kesana ya.. :)

      Delete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler