Hendak menuju makam Engku Putri Raja Hamidah. f koleksi pribadi catatan traveler |
Pertemuan dengan pulau ini tak disengaja pula. Kala itu, aku menanyakan apa yang menjadi tempat wisata yang unik dan ada nilai sejarahnya di ibu kota Provinsi Kepri ini kepada salah satu rekan yang berdomisili disana.
Lantas teman menawarkan pilihan, Senggarang atau Penyengat."Sama-sama Pulau di sekitar Tanjungpinang, sama-sama tempat wisata budaya dan unik. Cuma kalau yang bersejarah, tentu ke Pulau Penyengat saja," ujarnya kala itu.
Aku pun langsung mengiyakan.
Menggunakan perahu motor atau pompong, kami berangkat keesokan harinya. Sesampai di pelantar, sambil menunggu rentalan becak motor, aku diperkenalkan dengan kue yang menggunakan tepung dan gula merah sebagai bahannya. Sangat enak. Namanya kue deram-deram atau aku menyebutnya sebagai kue cincin. Kue tersebut, oleh penjualnya disebut juga sebagai salah satu penganan khas Melayu, Kepri.
Perjalanan mengenal pulau pun dimulai. Kala itu, pulau ini hanya ada jalan paving block. Kami mengunjungi mata air tawar yang katanya menjadi salah satu mata air tawar sejak zaman dahulu. Menurut cerita warga setempat, pulau ini juga pernah dikepung Belanda saat zaman penjajahan, dan karena adanya mata air tawar di pulau terkecil ini, maka mereka sempat menyebutnya sebagai Mars Island.
Salah satu bagian Istana Kantor. (Koleksi pribadi catatan traveler ) |
Menyewa becak motor seharga Rp 25 ribu kala itu sudah puas membawaku ke berbagai destinasi sejarah pulau ini. Karena masjid Penyengat yang dekat dengan pelabuhan, maka aku memilih ini akan menjadi destinasi terakhir dari kunjungan sehariku kesana.Usai dari mata air tawar, kami dibawa mengunjungi makam raja-raja dan juga makan Engku Putri Raja Hamidah yang kuburannya khas dengan kain satin berwarna kuning. Oleh sejarah Melayu Lingga, Engku Putri Raja Hamidah ini merupakan putri pewaris atau pemegang regalia tampuk kerajaan Melayu (CMIIW).
Di depan Masjid Raya Sultan Riau Pulau Penyengat (koleksi pribadi catatan traveler |
Tak hanya itu, Pulau Penyengat ini juga masih menyimpan berbagai bukti sejarah lainnya, yakni Istana Kantor. Istana pintu gerbang ala kompeni ini merupakan bangunan peninggalan penjajahan Belanda. Kalau di 2009 istilah selfie atau narsis belum trend, maka saat itu aku lebih banyak menghabiskan foto-foto lewat kamera ponsel Nokia di kawasan tersebut.
Melihat dari situs sejarahnya, Pulau Penyengat menjadi salah satu bukti kejayaan imperium Melayu di masa lalu, yang masih bisa dinikmati di masa kini. Tak hanya etnis Melayu dari Indonesia, tapi pulau ini juga sangat terkenal di kalangan Melayu Kesultanan Johor, Pahang di Malaysia yang kini menjadi negara tetangga. Bukti Semenanjung Melayu itu masih ada hingga kini.
Nah, untuk mempertahankan pulau ini sebagai tanah yang melegenda sebagai pulau Penyengat Inderasakti atau Pulau Mas Kawin, serta melestarikannya sebagai pulau yang dulu merupakan pusat kerajaan Melayu Lingga, maka Pemerintah Kota Tanjungpinang yang berada di bawah naungan Pemprov Kepri menjadikannya sebagai destinasi pariwisata unggulan. Dannnnnnn, tahun 2016, bagi para traveler penikmat sejarah dan kuliner, boleh berbahagia dan berkunjung ke Tanjungpinang, akan ada pesta rakyat, Festival Pulau Penyengat (FPP) 2016 yang digelar mulai 20-24 Februari mendatang - save the date yak -
Dalam festival ini, akan ada berbagai kegiatan yang menarik dan menantang. Misalnya neh, lomba membaca Gurindam 12 -siapa yang rajin pelajaran Bahasa Indonesia zaman sekolah pasti tahu Gurindam ini, minimal satu isi gurindamnya- untuk kalangan siswa SMP sederajat.
Ada juga lomba membaca puisi, cerdas cermat pantun, lomba melukis dan mewarnai, daaaan - aku butuh ini sebenarnya - lomba penyajian sejarah, klinik sastra dan juga lomba permainan tradisional, lomba gasing.
Puncak dari acara ini, akan diadakan lomba jong, lomba sampan layar oleh masyarakat pesisir, lomba sampan dayung, tangkap itik, kite fest, dan juga lomba pompong hias, becak hias dan lomba kuliner Melayu - slurrrp, langsung ngebayangin icip roti jala kuah kari, dan juga aneka olahan ikan asam pedas -
Nah, dilihat dari berbagai jenis lombanya, sangat menarik bukan? Masih banyak lagi aneka lomba juga sik, tapi ntar lihat saja langsung disananya.
Karena bernilai sejarah, bahkan oleh Kementerian Pariwisata RI, akan menjadikan festival ini sebagai festival tahunan atau anually agenda.Pernyataan tersebut disampaikan Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah saat rapat persiapan FPP di aula kantor Wali Kota Tanjungpinang, Kamis (21/1) lalu.
Menurutnya, FFP merupakan kesempatan emas bagi Pemerintah Kota Tanjugpinang untuk memperkenalkan Kota Tanjungpinang ke dunia luar dan mancanegara. Karena itu, “gawe” ini harus dipersiapkan secara matang agar nama baik Tanjungpinang sebagai tuan rumah FPP harus dijaga dengan baik. Dan tentunya, lewat acara ini, para pengunjung yang diharapkan dari berbagai kawasan dan etnis, bisa mengenal lebih dekat budaya Melayu, sebagai salah satu kekayaan budaya Negeri ini.
Jadwal FPP 2016 |
Menyemarakkan FPP, Pemko Tanjungpinang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Tanjungpinang juga mengundang tim dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darusalam, dan Singapura untuk berpartisifasi dalam kegiatan ini. Sedangkan dari luar Tanjungpinang akan diundang tim dari kabupaten dan kota se-Kepri serta dari Provinsi Riau, Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta. Bisa dipastikan kan? betapa semaraknya nanti acara ini.
Dalam acara ini, panitia juga akan mengadakan lomba fotografi khusus bagi kamu-kamu penyuka dunia foto - bukan penikmat selfie yak..catat!!! -. Dapatkan total hadiah sebesar Rp 75 juta.
Syarat dari lomba foto ini,komunitas atau pun perorangan dari dalam dan luar negeri mengabadikan Pulau Penyengat sebagai objek fotonya. Nantinya 15 finalis yang masuk final dalam lomba foto ini akan diundang oleh Kemenpar RI ke Tanjungpinang untuk melihat Festival Pulau Penyengat.
Koleksi pribadi catatan traveler |
Cieee, pas masih langsing nih yeee, jd ingat jaman kecil pernah pergi kesana jg makan kue deram, enak..
ReplyDeleteEka H: ahaha.. Iyah, masa masih betis indah disitu.. Hahaha
ReplyDeleteNanti ke Penyengat, kita makan kue cincin itu yak Eka H..
Makasih sudah mampir.. :)
Persaan banyak foto narsisnya dah :P mana nih foto yang tidak ada Chayanya? wkwk. Katanya mau ngelink ke tulisanku. Mana? *Nagih maksa
ReplyDeleteUdah tuch kak Lin.. Entar aku bold yak..
Deleteaku belum kesna mbak,cuma lihat dari pompong aja...tapi cerita tentang masjidnya udah sering denger
ReplyDeleteKudu kesana dong Mbak... Yuk cus...
Deleteditunggu ya say di tanjungpinang...kita narsis di festival penyengat :)
ReplyDeleteSiap mba Ana... see ya..
DeleteKak chaya kurus ya di foto-foto itu.. #mintaditraktir (ini sebab foto narsis yang banyak dipajang, teh Lina... hahaa....)
ReplyDeleteUdah makan Wen? pesan pesan.. hahaha
Deletekeren ... mantap
ReplyDeleteEka: foto masih langsing? maksudnya sekarang nggak langsing gitu? *kompor*
ReplyDeletehahahaha.. sekarang jauh dari langsing
Delete