Sunday, January 15, 2023

Greetings 2023

To God be the glory,

Aku ketika memakai Hanbook, pakaian tradisional Korea, 2011 lalu. Foto hanya pemanis ya.

Selamat hari minggu semuanya. Bagaimana 15 hari pertama kalian di 2023? Oh ya, izinkan aku mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2023. Belum terlambat kan? hehe.

Minggu ini aku dikejutkan dengan berita duka dari Nepal. Pesawat domestik Yeti Airlines tujuan Pokhara dari Kathmandu, yang membawa 72 penumpang jatuh di Pokhara, sore tadi.

Kabar perdana, 40 penumpang dinyatakan tewas. Terbaru, malam ini, otoritas penerbangan setempat meng-update perkembangan 68 penumpang dinyatakan tewas. Sementara sisanya, masih dalam pencarian petugas.

Sebagai editor rubrik Internasional di tempatku bekerja, saat mengupdate beritanya, aku sangat emosional. Sontak pikiranku dibawa flashback ke kejadian 2005 lalu, dimana pesawat Mandala Boeing 737-200 jatuh di Jalan Jamin Ginting, kawasan Padang Bulan, Medan. Kecelakaan itu menewaskan 149 orang, diantaranya 94 penumpang, 5 awak, dan 50 warga Padang Bulan.

Saat itu, aku bersama sepupuku Lisda berangkat ke kampus. Sebenarnya, kami berencana berangkat pagi pukul 08.00 WIB saja, karena akan pergi ke rumah kakaknya di kawasan Simalingkar B saat itu. Namun entah alasan apa, kami urung berangkat pagi dan memilih berangkat pukul 10.00 WIB saja, dengan tujuan ke kampus terlebih dahulu, baru ke Simalingkar B.

Perjalanan dari Sentosa berjalan lancar. Hingga tiba di bundaran Jamin Ginting-Dr Mansur, mobil pemadam kebakaran dari arah Padang Bulan menabrak mobil pribadi KIA Picanto berwarna merah. Dari angkot, kami melihat kejadian itu.

Saat kecelakaan itu, pemilik mobil pribadi hendak protes, namun petugas menyuruh mobil pemadam kebakaran berlalu begitu saja. Orang-orang mulai panik. Kenapa? sopir angkot bertanya. "Pesawat jatuh di Pasar 5," jawab orang dari luar. Ya pantasan, mobil pemadam berlalu-lalang saat itu.

Angkot kami berjalan menuju kawasan Sumber. Sirene polisi mulai terdengar di kejauhan. Lama-lama makin dekat. Dari televisi di warung kawasan Sumber, kami menonton Breaking News KECELAKAAN PESAWAT MANDALA JATUH DI MEDAN, SUMATERA UTARA, dari channel Metro-TV saat itu.

Kami tak fokus kuliah. Berangkat ke gedung A, beruntung jadwal perkuliahan digeser. Saya dan Lisda pun bergegas menuju pasar lima dari kawasan Tembok Fakultas Kehutanan dan Pertanian.

Saat itu, di hadapanku, orang-orang panik. Dua orang bersaudara berlari memeluk ayahnya. "Papaaa, belum bisa dihubungi," begitu tangis mereka sambil berpelukan.

Asap tebal hitam mengepul. Mobil polisi berlalu lalang mengevakuasi mayat yang sebagian besar gosong. Melihat orang-orang semakin memadati lokasi jatuhnya pesawat, aku nggak tahan. Panik dan pitam melihat keramaian. Aku memilih meninggalkan kawasan dengan berjalan kaki.

Tak berapa lama, arus lalu lintas dialihkan. Kawasan Padang Bulan, khususnya lokasi jatuhnya pesawat itu ditutup.

Membaca kecelakaan pesawat seperti yang terjadi di Pokhara saat ini, pikiranku selalu flashback ke 2005 itu. Masih segar tersimpan di memori.

Hatiku sesak saat menerjemahkan berita ini. Aku membayangkan bagaimana tangis anggota keluarganya begitu tahu anggota keluarganya yang lain sudah tidak ada karena kecelakaan pesawat itu. Pasti sedih dan hancur. Aku saja yang menerjemahkan sedih apalagi mereka yang kehilangan langsung. Ah kekallah kenangannya. Semoga industri penerbangan, termasuk maskapai Yeti Airlines evaluasi diri dalam memberikan pelayanan demi keselamatan bersama lewat peristiwa ini.

Soalnya jadi agak takut juga ini. Nepal menjadi salah satu negara tujuanku untuk traveling di masa mendatang. Betapa tidak, negara ini menjadi rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest di gugusan Himalaya. Aku punya impian trekking di lereng gunungnya di Annapurna Base Camp (ABC), if God will.

Bersama sahabat, foto bareng usai makan malam Natal, 2022

Nah, kemudian apa yang terjadi di awal 2023 ini? FENOMENA LATO-LATO. Ya, permainan dua bandul bulat dengan media tali, yang digerakkan pakai jari tangan. Suaranya 'tak..tak..klatak' dimana-mana. Nggak pagi, nggak siang, nggak malam. Sepanjang hari. Bahkan, permainan ini sampai dibuat festival lokal antar kompleks. hahaha

Aku berharap semoga fenomen lato-lato ini tak lama. Soalnya, suaranya sangat mengganggu pendengaran.

Selanjutnya? Aku hanya berharap di 2023 ini semuanya menjadi lebih baik. Lebih jelas. Dan lebih dekat dengan tujuan dan harapan hidup.

Foto diambil malam natal, 24 Desember 2022.

Sama seperti harapanku sebelumnya:


"Kenali dirimu, cintai dirimu tanpa melupakan sekitar dan lingkunganmu. Bersyukur atas apa pun yang terjadi. Tuhan maha melihat, jadi jujurlah atas dirimu sendiri. Jangan hidup dalam sosial media tapi hidupilah harimu dengan kenyataan."


Akhir kata, Selamat Tahun Baru 2023 buat kita semua.


Horas and All Love,

Chya


No comments:

Post a Comment