Wednesday, December 02, 2015

Curhat Sang Guntur tentang Kepri Bukan Riau



Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti foto bersama para blogger dan calon blogger Kepri



"Saya ingin Kepulauan Riau dikenal sebagai Kepri. #KepriBukanRiau," Guntur Sakti, Kepala Dinas Pariwisata Kepri.

UNGKAPAN itu jelas menampar. Sembari mengangguk mengiyakan, lantas saya diajak flashback saat harus mengedit profil 'Address' di laman sosial Facebook di 2008 lalu. Sedari dulu mencari Batam, namun yang tertera Batama, Central Republic of Africa. Eh buset, sejak kapan Batam, pulau kecil diantara Sumatera dan Singapura ini, masuk dalam koloni Benua Afrika?.

Berdasarkan Geografi yang dipelajari juga, Batam itu, letak geografisnya masuk ke bagian pulau besar Sumatera, yang dijadikan kawasan Otorita pertama di Indonesia, masuk ke zona Asia Tenggara di Benua Asia. Maksud Facebook apa? (ngajak berantem). Gegara tak ada pilihan Batam, Riau Island, akhirnya memilih alamat tinggal di Singapore saja, wilayah terdekat dengan Batam. (Merasa keren jadinya, live in Singapore (baca: Singepo)

Ada lagi, coba cari saja dalam mesin pencari Google. Cari hal yang berkaitan dengan Batam, Tanjungpinang, Natuna, Anambas, semuanya akan tertera dengan -Batam, Riau, Indonesia-. Coba cari juga google map, antar wilayah di Kepri, seperti Tanjungpinang City to Anambas Island, pasti hasilnya No routes found. -Omaaaaaaaak sedih kali wak-

Salah siapa? Terserah mau salahkan siapa, tapi jangan salahkan Bunda mengandung.

Nah, inilah salah satu bahasan yang menjadi trending topic saat Dinas Pariwisata Kepulauan Riau (Kepri) mengungkapkan kegalauannya mengenai problematika tourisme dan kawasan wisata Kepri kepada sekitar 25 blogger yang berdomisili di Batam, dalam pertemuan perdana di restoran Saung Sunda Sawargi (Sasusa), Jumat (20/11) lalu.

Dispar punya kerinduan 'melamar' sekaligus merangkul (bukan berpelukan ala teletubbies) para blogger memajukan wisata dan memperkenalkan Kepri. (Noted: Kepri merupakan provinsi pemekaran dari provinsi induk Riau sejak 2002. Menyatakan diri resmi berpisah dari Riau yang beribukota di Pekanbaru, dan menjadi provinsi Kepri dengan beribukota di Tanjungpinang, dengan gubernur pertama Ismeth Abdullah yang diangkat sejak 2004. Mungkin, alasan pemekaran ini, hingga sekarang banyak wilayah di Kepri yang lokasinya masih menggunakan Riau dalam daftar situs pencarian internet)

Sesi tanya jawab dari para Blogger
Ruang VIP Sasusa di Batamcenter menjadi lokasi berkumpulnya para blogger untuk mendengar 'curhatan' bang Guntur Sakti, Kepala Dinas Pariwisata Kepri (maaf saya panggilnya bg Guntur saja yak.. Udah kebiasaan saat menunaikan tugas dan profesi. hehe ).

Kalau sampai ke Kota Meranti
Minum es doger campur kelapa
Kalau udah duduk di Saung Sunda Sawargi
Mari kita makan dan minum sepuasnya.
 (ARTINYA: makan dulu baru diskusi. Jangan ikuti pantun ini, khususnya bagi Anda yang sedang program DIET.. Jaka sembung bawa golok deh)

Jadi, oleh bang Guntur, saat ini Kepri menjadi salah satu provinsi termuda di Indonesia yang ikut dalam program Pemerintah bertajuk Wonderful Indonesia Goes to Tourism World Destination.

Kepri sebagai salah satu provinsi bernilai plus di Indonesia, yakni provinsi Kepulauan yang masing-masing kawasannya mewakili Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan. Beribukota di Tanjungpinang (ingat yak!!!! TANJUNGPINANG bukan Batam).  Provinsi ini terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yakni Batam (kota terbesar), Tanjungpinang, Kepulauan Natuna, Lingga, Kepulauan Anambas, Tanjungbalai Karimun, dan Bintan.

Surga terpendam provinsi ini ada di kawasan Laut Tiongkok Selatan, yakni Kepulauan Natuna dan Anambas. (Kawan, kukatakan kepadamu, berkunjunglah kesana.. Kamu akan menangis melihat keindahannya sama seperti saya yang terharu dan ingin memeluk Tuhan yang tak terlihat saat melihat pulau Laut dan Jemaja, pulau terluar Indonesia di selatan dari kejauhan. Gradasi laut tiga warna dan ribuan nyiur menyambutku, disambut langit biru yang cerah.. Oh God, bersyukur aku padaMu, aku dilahirkan di Indonesia). Namun satu yang terpenting, masing-masing kawasannya punya point of interest sendiri.

Sebut saja contohnya, Lingga sebagai Mother of Malay, yang harusnya bisa dijadikan sebagai tempat wisata minat khusus untuk perjalanan budaya dan sejarah Melayu dari pengunjung negar-negara berbudaya Melayu seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia (ditambah Serawak dan Brunei Darussalam di Kalimantan. Disana, mereka bisa mengunjungi makam Raja-raja dan kesultanan Melayu. Tak hanya itu, ada banyak lokasi wisata yang layak dikunjungi disana. Sebut saja, gunung Daik bagi mereka yang suka hiking dan climbing.

Mau melihat Kepri dari kabupaten yang lain? bang Guntur pun menyebut Alif Stone Park di Bunguran Timur di Natuna. Ya, Kepulauan Natuna, menurutku adalah secuil mutiara surga yang dijatuhkan di Kepri. Kepulauan ini sangat indah. Jajaran pulau dengan perbukitan yang indah ditambah kondisi perairan yang menawan. Hampir tiap kawasannya layak untuk dikunjungi. sebut saja Masjid raya Natuna di Ranai, pemandangan indah di pelabuhan Selatlampa, hingga melihat dari dekat kehidupan warga lokal di Sebangmawang, atau juga di Pulau Laut, pulau paling ujung Indonesia di Laut Tiongkok Selatan, yang sudah berbatasan langsung dengan Vietnam.
Kadispar Kepri Guntur Sakti (tengah) bersama Kabid Pengkajian dan Pengembangan Pariwisata Frengky Willianto saat mendengarkan sesi tanya jawab dari para blogger.
Kembali ke Alif Stone Park di Natuna. Bang Guntur menyebut, melihat ribuan batu berukuran raksasa tersebut saling tumpang tinding dengan perpaduan warna putih dan hitam, ciri khas material dari zaman megalitikum itu tersusun rapi di pinggir pantai Sepempang, membuat penilaiannya akan keindahan taman batu di negeri Laskar Pelangi, Belitong luntur. "Laskar pelangi kalah, tidak ada apa-apanya dengan Alif Stone Natuna. Tapi ya itu, kita kalah branding. Makanya saya ingin, Blogger Kepri memperkenalkan ini sebagai lokasi wisata yang layak dikunjungi," jelasnya.

Ada banyak pembahasan mengenai Kepri sebagai tujuan wisata. Dan saya sangat setuju itu. Kepri layak dikenal dunia. Kepri memiliki keindahan alam, pemberian Sang Maha, yang tinggal poles sedikit saja, bisa mendunia. Lupakan Halong Bay di Vietnam, Natuna punya itu. Kesampingkan dulu pantai berpasir putih dan jernih dengan laut biru di Maldives, Anambas punya itu, gradasi tiga warna lagi. Dan banyak keindahan seperti itu di Kepri. Tak percaya? buktikan sendiri!!!

Namun, permasalahan utama dari pembuktian itu ada. AKSES dan TRANSPORTASI menjadi kendala. Mengapa kita hanya terfokus ke pencapaian target jumlah kunjungan wisatawan dengan penawaran lokasi wisata 'yang itu-itu' saja, sementara banyak lokasi wisata dibiarkan terpendam, tenggelam? Kepri. Jelas namanya Kepulauan Riau. Transportasi umum yang dibutuhkan ya transportasi laut untuk menghubungkan antar wilayah kepulauan ini. Sempat didengungkan jembatan Babin atau jembatan yang menghubungkan Batam dengan Bintan. Namun, hingga sekarang belum juga usai karena terkendala anggaran dan biaya. Atau transportasi udara. Sebenarnya sudah untuk beberapa antar wilayah di Kepri dengan base di bandara Hangnadim, Batam. Batam ke Natuna dengan pendaratan di Bandara Ranai, sedangkan di Anambas? pendaratan masih meminjam bandara swasta Conoco Philip di Palmatak. Sampai kapan masyarakat kepulauan menunggu untuk ini saling terhubung? Kalau ini sudah terhubung dengan jadwal transportasi yang jelas, dijamin jumlah kunjungan wisatawan ke Kepri pun akan membludak.

Mari berguru dengan Vietnam yang sukses membranding wisata mereka. Luka perang dijual menjadi penambah devisa negara. Sebut saja Terowongan Cu Chi di pedesaan Ho Chi Minh dan katedral Na To Duc Bha (gereja St Regina Pacis) di perempatan Alexander de Rhodes di pusat kota distrik 1, Ho Chi Minh. Mereka sukses mendatangkan wisatawan ke tempat itu, sebut saja turis dari Prancis, Rusia, dan bahkan Indonesia berbondong-bondong mengunjungi tempat tersebut. Tak hanya itu, mereka juga menjual alamnya seperti Delta Sungai Mekong dengan desa perbatasan antar negara Viet Nam, Kamboja dan Thailand yang karakteristik kawasannya hampir sama dengan pedesaan di Indonesia, ada juga Red Sand Dunes di Phan Thiet, Mui Ne. Hanya sekedar gurun pasir dengan hutan mangrove di perbukitan, dan pantai di bawah. Namun, setiap hari, hampir ribuan turis dari berbagai mancanegara mengunjungi kawasan tersebut. Ya, pemerintah Viet Nam sukses menjualnya, dengan mengajak masyarakat di sekitar lokasi wisata bekerjasama, memberikan pelatihan, dan akhirnya menjualnya menjadi paket. Tentu saja dengan membangun akses transportasi terlebih dahulu. kondisi perekonomian warganya terangkat, pendapatan pemerintah bertambah, dan negara juga makin dikenal dunia. Kepri juga bisa menjadi seperti itu, saya yakin dan optimis.

Apalagi ini sangat sesuai dengan penugasan yang diberikan Presiden RI, Joko 'Jokowi' Widodo yang menjadikan Pariwisata menjadi leading sector pendapatan devisa Indonesia mulai 2019 mendatang. "Saat ini leading sector kita untuk devisa negara ada di Oil and Gas, Batubara dan perkebunan sawit. Itu Sumber Daya yang terbatas, sedangkan pariwisata bisa berkembang. Mari sama-sama menjadikan ini perbaikan sekaligus peluang untuk kemajuan pariwisata Kepri," ujar bang Guntur Sakti disela-sela penjelasannya mengenai Indikator Kinerja Pariwisata Indonesia yang ingin dicapai.

Oh ya, dalam menjadikan pariwisata sebagai Leading Sector Pendapatan Devisa Negara di 2019, pemerintah membuat beberapa indikator di 2019, yaitu:
  1. Menjadi penyumbang PDRB di 2019 sebesar Rp 275 triliun
  2.  Target tenaga kerja sektor pariwisata  13 juta TK.
  3. Meningkatkan Indeks Daya Saing (IDS) pariwisata dari 140 negara, naik posisi dari 50 menjadi peringkat 30.
  4. Peningkatan target kunjungan 10 juta Wisman.
  5. Perputaran Wisnus menjadi 270 juta perjalanan.
"Khusus target kunjungan Wisman, Kepri mendapatkan bagian 20 persen dari perbandingan 40:30:20:10," ujar Guntur. Mengingat lagi, Batam di Kepri masuk menjadi penyumbang kunjungan wisman terbesar ketiga setelah Bali dan Jakarta.
Ada banyak pembahasan sebenarnya. Tapi Bang Guntur pun menyudahi curhatannya dengan mengajak para blogger untuk bekerjasama membangun jaringan, kompak memajukan dunia parwisata di Kepri. ***


Warm Regards,
COS,
Rabu, 2 Desember 2015




8 comments:

  1. Ajak adek ke Alif Stone, bang..... Ajak adek!
    Biar nanti adek kabarkan pada seluruh dunia tentang kecantikannya... #kodekeras

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba Dian: Aku pun ajak dong banggg.. ajak *Lirik Dispar hahahaa

      Delete
  2. Wah sayang sekali ya, keindahan itu tersembunyi. Ayo kita promosikan pada dunia.......
    Ikut juga donk ke Alif Stone

    ReplyDelete
  3. masih Indonesia kan ya?

    Tapi memang lebih nyaman kalau dikenal menjadi diri sendiri... Semangat Kepri :)

    salam
    helm sepeda onthel

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jual Helm Sepeda: iya dong.. masih di Indonesia.. hehe..
      Terimakasih sudah berkunjung.
      Salam

      Delete
  4. siap menunggu anambas kak haha....

    ReplyDelete