Kumpul Keluarga #JadiBisa Berkat Traveloka

Keluargaku.
SAAT masih kecil, terbang ke Jakarta, saya anggap suatu kemewahan. Dimana saat itu, butuh waktu membeli tiket pesawat yang tebal dan bentuknya seperti buku. Namun kini, seiring perubahan zaman, teknologi informasi make how connected we are globally.

Saya di Batam, adik saya Vitri di Pekanbaru setelah tugas penempatan dari Kementerian Kehutanan, sementara kedua orangtua dan dua abang, Roy dan Mindo tinggal di Balige, Toba Samosir, kampung halaman kami. Kok bisa pada berpencar? Ya, kedua orangtua kami memberi kebebasan merantau usai masing-masing anaknya lulus kuliah. Saya sendiri sudah sembilan tahun tinggal dan bekerja di Batam.

Pada November 2016, mama menginformasikan, bahwa Fla, adik yang persis di bawah saya berencana menikah dengan Ray, kekasihnya, di Jakarta pada Agustus 2017. Kala itu, saya sedang berada di Melaka, Malaysia. Saya menyambut baik. " Nggak apa-apa dilangkahin ama adekmu kan boru (panggilan sayang orangtua Batak kepada putrinya). Mudahan kamu juga cepat dapat jodoh ya?" ujar mama kala itu.

Saya menjawab beliau, bahwa saya ikhlas lahir batin meski dilangkahi. Berpikiran terbuka, bahwa siapa pun di keluargaku yang menikah duluan, saya tak akan mempermasalahkannya. Menurutku, jalan kehidupan seseorang, termasuk jodohnya sudah ada Yang atur, siapa saya manusia berhak melarang jalan kehidupan seseorang?

"Saya ikhlas ma, senang banget malah. Kan duluan dateng jodoh adek, ya duluanlah. Berarti keponakanku bakal bertambah juga dong nanti," ujarku sambil tertawa.

Saya suka traveling. Karenanya, orangtua khawatir. Jangan sampai saya keasyikan jalan antar negara, lantas melupakan menikah. Begitu kata mereka. Beliau pun mewanti-wanti supaya saya memberi waktu, turut hadir di pesta pernikahan Fla.

"Harus hadir ya boru, sisakan cutimu untuk acara adikmu ini," ujarnya.

** 
Agustus tiba, saya pun mengambil cuti mulai 16-24. Pesta pernikahan adik dilaksanakan Sabtu, 19 Agustus 2017. Chatting di grup keluarga, dua abangku mengaku berencana berangkat pada 16 Agustus tapi belum beli tiket pesawat. "Eh bareng saja tanggal keberangkatan kita. Sekalian saja deh, saya yang booking-in tiket kita. Ini saya lagi cek-cek harga tiket di Traveloka," ujarku.
Roy, abangku yang pertama pun mengiyakan. Maka jadilah hari itu saya booking tiket penerbangan Garuda Indonesia tujuan Jakarta dari bandara Silangit untuk kedua abangku, Roy dan Mindo, serta satu keponakan, Moses seharga Rp 3.266.003 dengan kode booking JYLD78, dan tiket penerbanganku dari Batam seharga Rp 620.615 dengan kode booking G4LB2V. Sementara, Vitri juga berangkat di tanggal yang sama dari Pekanbaru. Ia sudah lebih dulu membeli tiketnya dari aplikasi Traveloka juga.

Booking tiket pesawat di Traveloka ini sangat mudah, nyaman, dan aman. Tinggal buka aplikasinya di ponsel yang sudah terkoneksi ke internet - pilih penerbangan di kolom yang sudah disediakan dengan mengisi data alamat dan tujuan terbang- tanggal keberangkatan -  jumlah penumpang - kelas - lalu lakukan pencarian harga. Fitur best price finder-nya sangat memudahkan dalam memilih harga termurah sesuai kebutuhan.

Selanjutnya, pilih jam keberangkatan, isi data penumpang - beli asuransi mitra traveloka dari Chubb -centang persyaratan persetujuan - lalu ke pembayaran. Setiap pembelian tiket di aplikasi online khusus yang menyediakan layanan perjalanan tiket pesawat dan hotel yang berdiri sejak 2012 ini, saya selalu melakukan pembayaran dengan pilihan kartu kredit. Jadi, sambil leyeh-leyeh nonton film Korea sambil selimutan, saya membeli tiket pesawat buat kami berempat.
Hari yang ditunggu tiba, kedua abang dan ponakan, berangkat pukul 11.20 WIB dengan estimasi ketibaan di Jakarta pukul 13.30 WIB dari Toba. Adikku berangkat pukul 13.20 WIB dari Pekanbaru, dan sementara saya, berangkat dari Bandara Internasional Hang Batam pukul 14.15 WIB dengan estimasi ketibaan pukul 16.00 WIB di terminal 1 C, Bandara Internasional Soekarno Hatta. Itu artinya, saya yang paling terakhir tiba di Jakarta.
Horeee, bapak dan mama jemput saya yang tibanya terakhir di bandara Soekarno Hatta, Jakarta.

Bapak dan mama menawarkan diri menjemput kami ke bandara hari itu.  Keempat anaknya dan satu cucunya datang dengan rentang jam berbeda di hari yang sama, siapa yang tidak rindu? Abangku yang pertama tiba,  sembari menunggu kami, mereka nongkrong dulu di bandara. Kemudian, saya tiba dengan jadwal yang hampir bersamaan dengan Vitri, karena penerbangannya delayed sekitar 30 menit dari Pekanbaru.  Dan seremonial ala bandara pun terjadi, saling berpelukan antar saudara sembari tanya kabar sambil mendorong troli ke parkiran, lalu berangkat menuju rumah adikku paling bungsu, Qima di Green Pramuka. Namun, karena tim terakhir yang baru tiba di Jakarta hari itu pada kelaparan semua, maka kami pun memutuskan makan malam dulu ke kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.

Formasi kami (hampir) lengkap minus kakak nomor tiga yang tidak dapat izin dari tempatnya bekerja. Meski begitu, kami melakukan video calling kepadanya. Kami saling tertawa sambil menguatkannya karena tak bisa ikut. Malam itu, kumpul keluarga yang seru dan bahagia, #JadiBisa Berkat Traveloka. "Traveloka ini memang kece ya. Segitu harga yang tertera, segitu juga harga yang kita bayar. Nggak tipu-tipu," celetuk adikku.

Saya pun mengiyakan. Traveloka memang terkenal dengan honest price-nya. Dimana, price you see = price you pay. Tidak ada booking fee, tidak ada juga harga tersembunyi. Semua terpampang nyata dengan bebas pilihan terbang dengan pelayanan lebih dari 52 maskapai.

-Pernikahan di 19 Agustus
Bapak dan mama bersama kedua mempelai, Fla & Ray di hari bahagia mereka.

Sehari sebelum pernikahan adikku, segala kerempongan makin menjadi. Pagi hari turun ke lokasi resepsi di Gedung Mulia & Raja untuk memeriksa segala persiapan. Siang hari bapak, mama, dan calon pengantin berangkat ke Pondok Kopi. Karena dari rumah keluarga di sanalah, pihak mempelai pria menjemput adikku sebelum pemberkatan ke gereja.

Sementara saya dan dua adikku tetap tinggal di apartemen. Adikku yang menikah, kami bertiga yang deg-degan, bahkan sampai tak tidur. Pukul 02.00 WIB dini hari, San Juan MUA yang juga teman sekelas adikku ketika SMP datang. Dialah yang merias wajah kami bertiga. Bayangkan dini hari, dari mulai matahari belum terbit, kami sudah harus dandan untuk acara tersebut.
Foto bertiga dulu bersama Qima dan Vitri sebelum berangkat.
Selesai dirias, kami langsung berangkat menuju Gereja HKBP Jatiwaringin untuk mengikuti prosesi pemberkatan pernikahan. Seluruh keluarga sudah ada di sana saat kami tiba.
Ungkapan hati, delapan jam sebelum pernikahan adikku.
Pukul 09.30 WIB, pemberkatan pernikahan pun dimulai. Adikku beserta pengantin laki-lakinya berjalan menuju altar. Dia sangat cantik dengan balutan kebaya putih. Senyum kedua mempelai tampak merekah. Saking bahagianya, saya sampai menitikkan air mata.  Akhirnya, adik yang dulu masih kugendong, yang dulu masih jadi teman sepermainanku, yang dulu masih membersihkan ingusnya, kini menikah. Saling mengucap janji suci di hadapan Tuhan: Apa yang dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia.

Usai pemberkatan, seluruh keluarga langsung menuju gedung untuk mengikuti prosesi adat. Pernikahan di 19 Agustus itu dihadiri banyak keluarga dan berjalan lancar. I thank God.


-Terimakasih Traveloka
Bersepeda di Kota Tua bersama mama.

Bersyukur pernikahan adikku berjalan lancar. Beberapa hari mengisi waktu sebelum pulang ke tempat perantauan kami masing-masing, kami pun berkeliling Kota Jakarta, mengunjungi lokasi-lokasi wisata seperti Kota Tua, menikmati kuliner, dan juga kunjungan ke rumah keluarga sepupu sebagai bentuk terimakasih.
Sisa hari-hari di Jakarta kami isi dengan keakraban antar keluarga.

Satu hari sebelum kepulanganku ke Batam, saya mengajak mereka ke salah satu mall besar di Jakarta Utara. Semuanya sudah bersiap. Namun, tiba-tiba asma bapak kambuh. Mama pun memutuskan untuk tetap tinggal merawat bapak di apartemen dan memaksa kami supaya tetap jalan. "Pergi saja tak apa. Saya bisa rawat bapak. Ajak itu ponakanmu main, biar dia senang," ujarnya. Mereka sangat menyayangi cucunya.

Kami pergi, namun hanya sebentar saja, hanya membeli oleh-oleh, ajak ponakan main, makan, lalu pulang.
Bersama ponakan, Moses.

Malamnya, bapak makin sesak dan pucat, dan lemas. Pukul 23. 15 WIB, kami melarikannya ke salah satu rumah sakit swasta di kawasan Salemba.  Bapak langsung mendapat perawatan intensif di UGD. Oleh dokter yang memeriksa, selain asma, bronkhitisnya juga kambuh, ditambah kelelahan. Dokter menyebutkan, udara Jakarta memang tak cocok dengan bapak. Di usianya yang ke 65 tahun, bapak sudah tak punya empedu lagi. Sudah diangkat pada 2015 lalu di Bandung. Demikian juga paru-parunya sudah rusak, dan sudah dua tahun ini oksigen selalu standby di rumah, juga oksigen hirup saat beliau melakukan perjalanan seperti ke Jakarta ini.

Bapak harus rawat inap. Sadar mama juga masih lelah karena habis pesta, saya-lah yang bolak-balik mengurus segala administrasi rawat inap bapak. Waktu sudah menunjukkan pukul 12. 48 WIB saat bapak diantar ke ruang perawatan lantai empat rumah sakit.

Kalau sudah begini kondisinya, siapa yang rela meninggalkan orangtua? Adikku yang baru menikah masih bulan madu ke Maladewa, Vitri sudah balik ke Pekanbaru, dan Qima besoknya harus bekerja karena ada penugasan ke Kantor Pajak. Mama yang jaga? bisa. Tapi apa iya saya rela? sementara mama tak bisa cekatan kaya dulu lagi karena kakinya juga sudah sering sakit seiring pertambahan usia.

"Bapak sakit, sementara saya harus pulang besok ke Batam. Mana tiket sudah dibeli lagi? Kalau saya tak pulang, hangus dong ini tiket," pikirku.

Galau sesaat, hingga akhirnya kuputuskan untuk reschedule/ mengubah jadwal penerbangan menjadi maju tiga hari dari tanggal keberangkatan. Membuka aplikasi Traveloka, memilih reschedule. Syukurlah aplikasi ini menyediakan pilihan reschedule. Mengubah detail penerbangan jadi mudah dengan Easy Reschedule-nya tanpa perlu menghubungi maskapai yang bersangkutan. Tinggal bayar tambahan harga, e-ticket baru pun langsung dikeluarkan melalui email. E-ticket ini juga tersimpan di kolom "pesanan" aplikasi Traveloka apabila kita terdaftar sebagai member aktifnya. Mudah banget.


Berhasil reschedule, saya menjaga bapak selama 24 jam di rumah sakit bersama mama.  Bapak akhirnya diperbolehkan pulang setelah empat hari dirawat di sana. Dan saya pun pulang ke Batam dengan nafas lega dan bersyukur karena bapak sudah pulih. Terimakasih Tuhan, terimakasih juga atas kemudahan pelayanananmu Traveloka. ***

  Tulisan ini diikutkan dalam Kontes Blog #JadiBisa dengan Traveloka.




4 comments :

  1. eli tiket di traveloka itu emang ngk pakek ribet cepat dan simple banget, aku selalu pakai traveloka prosesnya cepat banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eka Dewi P,
      Iya bener banget mba Eka. Apalagi sekarang sudah bisa download aplikasi di ponsel, jadi bisa kapan saja beli tiket di Traveloka tanpa perlu buka PC.. simpel banget yaaa.

      Delete
  2. Traveloka emang memudahkan rencana perjalanan kita ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Deddy Huang,
      Bener banget koh.. apalagi saat butuh2 mendadak, Traveloka selalu menjadi solusi terbaik yak.

      Delete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler