Bercengkerama dengan Nemo di Pulau Abang

Hi Nemo.
MAHLUK mungil itu tampak malu-malu. Warnanya cerah oranye kemerah-merahan dengan pola garis horizontal putih-hitam di batas kepalanya, mengintip ke sosok dua mata berpelindung yang tengah mengamatinya dari atas laut.

Sesekali ia menyisip, beratraksi menggemaskan diantara ratusan tentakel anemon yang bergerak-gerak sesuai pergerakan air laut, lantas menjauh lagi dan kembali masuk ke tentakel. Dialah ikan giru dengan nama latin Anemonefish yang masuk dalam family Pomacentridae, Phylum Cordata, atau yang umum dikenal sebagai ikan nemo atau ikan badut karena warna tubuhnya yang menyerupai badut.
Pertemuanku dengan mahluk mungil yang hidup di kedalaman mulai tiga meter di bawah permukaan air laut itu terjadi di perairan Pulau Abang. Keindahan alam bawah laut pulau ini telah sukses menyihirku, membuat kebahagiaanku sempurna. Setiap melakukan perjalanan atau trip snorkeling ke sana, itu artinya, saya pasti akan bercengkerama dengan para ikan-ikan termasuk nemo yang menghiasi taman karang perairan jernih di ujung Selatan Pulau Batam tersebut.

Oh ya, dimana Pulau Abang? Bagi sebagian besar warga Kepri, khususnya Batam tentu sudah tahu mengenai pulau ini.  Namun bagi yang dari luar daerah, ini saya kasih tahu cara how to get there-nya: Pulau Abang terletak di ujung selatan Pulau Batam atau sekitar 65 Km dari Batamcenter.  Menuju ke sini, bisa ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan mobil pribadi dengan titik keberangkatan dari Pelabuhan Batamcenter, kita akan melewati jembatan ikonik Kota Batam, Barelang yang menghubungkan Pulau Batam, Tonton, Nipah, serta Pulau Rempang, Galang dan Galang Baru.

Ada dua pelabuhan pilihan bagi pengunjung untuk tiba di perairan Pulau Abang, yakni Pelabuhan Hasim dan Pelabuhan Pari. Dua pelabuhan ini bersebelahan. Hanya saja, bagi pengunjung yang melewati Pelabuhan Pari, singgah dulu ke Pulau Nguan, sedangkan pengunjung yang memilih Pelabuhan Hasim, langsung menuju Pulau Abang Besar. Disarankan, menuju pulau ini, lebih hemat kalau membeli paket tur yang disediakan warga lokal, karena belum ada transportasi laut publik setiap hari menuju ke sana. Ada beberapa operator trip menuju pulau ini, salah satunya Galang Bahari Wisata milik Zakaria, warga asli Pulau Abang.

Menggunakan operator Galang Bahari Wisata, saya bersama peserta trip lainnya pun berangkat ke Pulau Abang dari pelabuhan Pari. Tapi, sebelumnya singgah dulu di Pulau Nguan yang hanya lima menit menyeberang menggunakan long tail boat atau kapal kayu bertenaga mesin yang oleh warga sekitar menyebutnya pompong. Pulau Nguan menjadi homebase Galang Bahari untuk membriefing para tamunya sebelum snorkeling.  Sekalian, di homestay inilah operator membagikan perlengkapan snorkeling kepada para peserta trip, seperti masker (google), kaki katak (fins), dan juga sepatu nyelam. "Semua sudah kami sediakan. Tapi kalau ada peserta yang membawa perlengkapan sendiri, tidak masalah," ujar Zakaria.
Persiapan snorkeling di spots 1 Perairan Pulau Dedap.
Kini, perjalanan utama pun dimulai. Kali ini, spots pertama yang dikunjungi adalah perairan Pulau Dedap. Dari Pulau Nguan menuju pulau ini, kita akan melewati laut berbingkai pulau-pulau kecil di sekitarnya, dan yang membuat perjalanan ke Pulau Abang ini istimewa adalah kapal yang kami tumpangi melewati jalur hutan bakau sepanjang lebih kurang 600 meter.

Sekitar 40 menit membelah lautan, tiba di perairan Pulau Dedap, para divers yang bertugas sebagai guide pengunjung pun memberi pelatihan singkat menyelam dan snorkeling bagi para peserta trip. Lalu lanjut ke spot utama di belakang perairan Pulau Dedap.  Dari kapal, air laut terbagi gradasi, bening di sekitar pantai, mulai hijau toska, hingga hitam. Kapal kami berhenti di perairan yang kelihatan hitam dari kejauhan.
Berdasarkan pengalaman tiga kali mengunjungi ini pulau sebelumnya, spot hitam itulah tempat terbaik untuk snorkeling. Mengapa? tingkat kedalamannya dan biota laut di bawahnya sudah lebih kaya dan banyak. Itu terpantul dari warna hitam yang terlihat dengan mata telanjang. Maka benar saja, sesaat setelah kapal berhenti, mengenakan masker, dan fins saya langsung melompat ke laut. Byurrrrrrr... mata saya langsung dimanjakan dengan keindahan laut di bawah sana.

Aneka jenis terumbu karang, aneka jenis ikan karang menyatu dengan pagar rumput laut membuat alam biota laut itu sangat indah. Saya sengaja tidak memakai pelampung, karena tingkat kedalaman tiga sampai lima meter, saya masih beranilah menyelam, lagian pengetahuan berenang pun bisa diandalkan kok. Tak percuma jadi sahabat ikan-ikan di sungai saat masih anak-anak. haha.
Usai snorkeling di dua spots Pulau Dedap, kami pun kembali istirahat sekaligus makan siang dengan menu seafood khas pulau di Pulau Dedap. Makan dengan duduk langsung di pantai berpasir putih, menghadap langsung ke laut. Nikmat tiada tara tak bermimi peri. Abis makan, lanjut istirahat. Andai ada hammock saat itu, saya sudah pasti tertidur pulas dengan buaian angin laut sejuk. Namun, realitanya, usai makan, saya malah bercengkerama dan bermain di laut bersama rekan Danan Wahyu Sumirat, Alfie dan juga Lisna. Hingga para pemandu memanggil, bersiap kembali ke spots snorkeling terakhir di perairan Pulau Abang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.20 WIB saat kami snorkeling di spot terakhir ini. Dan ini waktu terbaik, dimana cuaca cerah dan juga air laut sangat tenang, tidak seperti di dua spots sebelumnya, dimana kami harus berjibaku bertahan snorkeling di tengah arus.
Perairan depan Pulau Abang Besar menjadi spot terindah dan favorit bagiku untuk snorkeling. di sini, kita bisa menyaksikan lebih banyak biota dan karang laut. aneka jenis karang langsung terpampang nyata.

 Sebagian besarnya jenis karang Acropora, mulai dari karang berjari, bercabang,  Acropora tabular, serta karang kerak berbentuk otak, atau kepala botak. Selain itu, ada juga  karang non-acropora seperti Coral foliosa atau berbentuk lembaran membulat, dan juga karang  jamur, dan karang unyu-unyu berwarna biru. _Ah tak usahlah kau tanya saya mengenai jenis-jenis karang ini kak, saya tak terlalu paham kalinya. hehe_

Di antara karang-karang itu, aneka jenis ikan karang berbagai warna dan ukuran, sangat memanjakan mata. Hingga bertemulah saya dengan si nemo, ikan lucu, mungil nan menggemaskan itu. _Eh tahu nggak sik, saya punya sejarah dengan ikan nemo ini, lebih tepatnya dengan filmnya, Finding Nemo. Dulu masa sekolah, saya sampai nangis nonton itu film kartun, dan pertemuan langsung pertama saya di alam dengan ikan ini, ya di Pulau Abang ini pada Mei 2015 lalu_ Saya tak pernah bosan melihat atraksi si ikan badut ini. Yang awalnya malu-malu, lalu melirik tajam, lalu beratraksi seolah butuh perhatian. Saya selalu berhenti di spots yang ada nemonya, melihat lebih lama ke bawah seolah bercengkerama, dan tak sabar, saya melepas google dari mulut, dan akhirnya menyelam, melihat dekat dari mereka.  Gerombolan itu pun buyar saat saya sudah menyelam. Ah perairan Pulau Abang memang indah.

Oh ya, dalam briefingnya sesaat sebelum snorkeling di Pulau Nguan tadi, Zakaria yang kini memperkenalkan wisata Pulau Abang ke dunia internasional lewat media digital Modelux yang ia kembangkan bersama rekannya, Reza, Akut, dan Karyadi, menghimbau para peserta trip supaya tidak mengganggu dan merusak terumbu karang yang ada di perairan yang akan dikunjungi.

Namun melihat kenyataan yang ada saat snorkeling ini, beberapa peserta trip kids jaman now bisanya hanya menikmati perjalanan, eksistensi lewat foto, tanpa ada upaya menjaga kelestarian tempat wisata yang dikunjungi. Misalnya, hanya untuk supaya dibilang keren, rela menyelam dan menyentuh atau menginjak karang-karang berbentuk kepala botak atau otak raksasa. Atau contoh sepele tapi nyebelin, membuang bungkus permen atau puntung rokok ke laut. Guys!!! behave please. Jangan bisanya menikmati pemandangan, tapi tak menjaganya? please sampah-sampah kalian itu jangan dibuang sembarangan, bila perlu kantongi, masukin tas. Please juga jangan injak-injak itu terumbu karang hanya untuk bertahan ambil foto. fak!!! Di sana, saya sempat menegur seorang bapak, yang terlihat olehku saat snorkeling, dia berdiri di atas karang dan finsnya menyentuh karang-karang tersebut. "Pak, itu finsnya jangan kena karang, itu karang bisa stres lho. Sama kaya manusia," ujarku lantas meninggalkan kerumunan mereka.

Meski ada ajakan untuk saya menyentuhkan kaki di karang dengan sengaja, untuk sesi foto bawah laut, saya merasa bersalah menyentuhkan fins saya ke sana. "Tak apa-apa kalau cuma sebentar," ujar Zakaria.

Namun, tak sampai hitungan detik, saya langsung mengangkat fins saya dan lantas memilih mengambang atau menggerak-gerakkan kaki. TOLONG JAGA TERUMBU KARANG KITA. Katanya wisata Pulau Abang wisata bahari, yang ditonjolkan alam bawah lautnya, masa itu sengaja dirusak? kan sedih.
Just for your information guys, Pemerintahan Kota Batam sudah menetapkan Pulau Abang yang masuk ke perairan Pulau Galang sebagai Marine Management Area (MMA) Coremap. Oleh Pemko, ini sudah diatur melalui SK Walikota Batam Nomor 114/2007. Itu berarti kawasan Pulau abang ini dimanfaatkan untuk kegiatan kelautan seperti pemeliharaan perikanan, wisata bahari, dan bahkan sebagai pusat kajian dan penelitian dan pemanfaatan sumber daya laut. Jadi, mari jaga kelestariannya.  Salam catatan traveler dari Pulau Abang. ***


Facts:
  • - Sampai September 2017, Galang Bahari sudah berhasil mendatangkan lebih dari 2 ribu wisatawan lokal dan mancanegara ke Pulau Abang. Wisman Mancanegara berasal dari Spanyol, Vietnam, Amerika, Korea, dan lainnya.
  • - Galang Bahari Wisata menyediakan paket perjalanan murah kepada para peserta tripnya, yakni mengadakan penjemputan (meeting point Kepri Mall) apabila dibutuhkan dan juga paket perjalanannya sudah termasuk makan siang, snack, dan air kelapa.
  • - Dalam setiap trip, minimal empat pulau yang dikunjungi : Nguan, Dedap, Abang dan Pulau Rano.
  • - Galang Bahari siap go internasional memperkenalkan wisata bahari Pulau Abang lewat aplikasi Modelux yang dibentuk secara mandiri tanpa bantuan pemerintah. (*)

    -THANKS to Galang Bahari Wisata dan Modelux-

4 comments :

  1. Uwaaa,seru banget ya menyelam. Aku belum pernah lihat nemo langsung..lucu,unyu2

    ReplyDelete
  2. Tadi salah baca, kirain bercanda dengan nemo nya si abang :)) :))

    ReplyDelete
  3. Kalo baca begini baru kepikiran untuk belajar berenang dan menyelam :p. Selama ini kenapa aku lbh seneng ke gunung itu krn percuma ke daerah laut, krn aku ga bisa berenang :p. Mau belajar kok ya tiap masuk air lgs takut hihihi :D

    Cakep bgt foto2nya mba :) .. Kliatan jelas dan jernih gitu...

    ReplyDelete
  4. Sebagai orang yang belum pernah snorkling, saya tidak tahu kalau kita tidak boleh menyentuh karang. Apakah ada etika snorkling atau menyelam lain yang bisa saya baca?

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler