Shin-Imamiya Hotel: Tidur di Kawasan Yakuza

Shin Imamiya, Osaka, Yakuza
KAWASAN Shin Imamiya di malam hari.
BAGI rekan traveler, apa sih pengalaman terbaik yang layak diingat selama  mengadakan perjalanan ke Jepang? Kalau saya banyak, salah satunya adalah pengalaman tidur di kawasan yakuza di Osaka. Ini saya ketahui setelah saya keluar dari Osaka dan akan saya bagikan kepada Anda semua.

Swear!!! saya gak dibayar lho untuk menuliskan ini. Ulasan ini murni pengalaman pribadi tanpa ada tekanan dan ancaman dari pihak yakuza, apalagi tekanan deadline dari pihak advertiser. _Pasang muka polos_


Perjalananku ke Jepang diawali dengan perjumpaan menginjakkan kaki di Bandara Internasional Haneda di Tokyo. Dari Tokyo, mengadakan perjalanan darat menggunakan Willer bus ke Osaka, salah satu prefektur di Jepang yang modernitasnya tak kalah dari Tokyo.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
JEMBATAN Dotonburi, Namba di Osaka pada malam hari.
(Baca juga ini: Jepang Ramah Bagi Solo Traveler)

Perjalanan ke Negeri Matahari Terbit ini saya lakukan mandiri. Artinya, beli tiket sendiri, urus visa sendiri (paspor masih reguler), bahkan booking penginapan selama di sana saya urus sendiri ala traveler hemat. Khusus penentuan itinerary penginapan, hanya ada tiga kriteria bagiku:
  1. Harga tidak lebih dari 5.000 yen/malam 
  2. Lokasi dekat dengan stasiun. 
  3. Bebas akses dan dekat ke lokasi wisata.
Bila ketiga syarat tersebut lolos, ya sudah booking. Tanpa melihat kawasannya di mana, kehidupan di sana seperti apa, apakah red light district apa bukan, boro-boro memikirkan itu saat booking penginapan untuk urus visa. Hal yang penting bagiku itu dalam setiap perjalanan, kemana pun itu: Tiket dan Penginapan di tangan, selanjutnya, ya sudah biar alam yang menentukan ke mana arah perjalanan berlangsung.

Maka, saat itu, terpilihlah tiga penginapan yang terdata di itinerary, baik itinerary sebenarnya maupun itinerary form visa, yakni:

  1. Shin-Imamiya Hotel di Osaka
  2.  Piece Hostel di Kyoto
  3.  Asakusa Hotel Fukudaya di Tokyo
Meski pun pada akhirnya, bertambah juga tempat penginapan di sana, yakni guest house Shinagawa di Tokyo saat hari pertama dan bus Willer selama perjalanan jauh kala malam hari.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
LOBI hotel Shin Imamiya Hotel. (credit to Shin Imamiya Hotel)
Nah, di sini, saya mau bahas mengenai Shin-Imamiya Hotel di Osaka. Jadi guys, saat booking hotel dari Indonesia, saya tahunya kalau hotel ini lokasinya berada persis membelakangi rel perlintasan kereta jalur Nankai line dan JR Shin Imamiya. "Enak banget lokasinya dekat stasiun," pikirku saat itu.

Dan benar saja, jarak hotel ini hanya satu menit jalan kaki menuju stasiun Shin Imamiya. Bahkan ngesot sedikit, lokasinya berseberangan dengan Maruhan Plaza.

Willer Bus Station di Umeda Sky Building menjadi perjumpaan pertamaku dengan Osaka. Nyampenya pagi banget, sementara check in hotel baru bisa mulai pukul 14.30. Sembari menunggu rekan si Eric yang busnya transit di Nagoya dan baru tiba di Osaka pukul 11.00, maka jadilah spend time mengeksplorasi Umeda Sky Building bersama kenalan baru yang bertemu di bus, Dan Tranh dari Vietnam.

Masih cukup waktu jalan ke tempat lain sebelum check in, setelah bertemu Eric, kami memutuskan menyimpan tas di penitipan Umeda Sky Building, lalu lanjut mengunjungi Osaka Castle. Berjalan kaki dari Umeda menuju Osaka Station, nah dari sana lanjut naik kereta ke kastil Osaka.

Ya gitulah, jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.40, itu artinya kami sudah boleh check in sebenarnya, tapi dirasa tanggung amat menikmati sore cuma sebentar di Osaka Castle, maka jadilah eksplore dulu, foto-foto dulu _apalah gunanya jalan-jalan kalau tak ada foto-foto di era 'pamer' kekinian sekarang ini kak?_, kulineran, makan okonomiyaki, takoyaki di taman kastil, sampai-sampai si Dan Tranh yang ikut kami agak kesal dan memutuskan berpisah dari kami untuk mengejar sunset di Tennoji Park dan supaya tak telat check in ke hotel pilihannya. _Siapa suruh ikut kami? *bhak dilempar banana cake_

Kini, tibalah saatnya kami harus mencari penginapan Shin Imamiya ini. Kembali ke Umeda untuk mengambil tas, lanjut naik kereta menggunakan jalur nankai line. Awalnya, kami agak kesulitan menemukan ini hotel. Setelah tanya seorang ibu yang naik sepeda, dengan bahasa kalbu yang berusaha saling mengerti, ibu itu menggerakkan tangannya sebagai pertanda "Lurus saja jalan, nanti ada Shin Imamiya hotel disitu,". Kami pun melanjutkan perjalanan, dan tadaaaaa ketemulah ini hotel yang lokasinya persis berada di pinggir jalan besar.

Osaka, Jepang, Shin Imamiya
AKSES pedestrian menuju hotel Shin Imamiya.
Saat kami ke sana, tidak ada plang besar sebagai penanda itu hotel. Hanya tanda kecil bertuliskan namanya di dinding. Sepanjang jalan di Nishinari-ku Haginochaya itu memang banyak penginapan pilihan yang harganya murah di beberapa situs penginapan seperti booking, hostelworld, etc.

Kami pun  check-in. Menyelesaikan proses pembayaran, kunci kamar 425 pun diserahkan kepadaku. Naik ke lantai empat sambil mengamati: Ini hotel bersih banget, meski pun dari luar tampilannya kaya ruko biasa saja dan agak gelap. Melewati lorong cuci muka, maka ketemulah kamarku. Buka pintunya, what? kecil banget ruangannya hanya ukuran 1,5x2 meter lebih seuprit. Baiklah malam itu saya tidur di kapsul kuning pake acara manjat. haha

Osaka, Jepang, shin imamiya
BED kapsul tempatku menginap di Shin Imamiya Hotel. Bergeser sedikit, jatuh. haha
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
KAMARNYA cuma seluas ini.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
MARKITID.
Ruangannya kecil. Di sana terdapat lemari pakaian satu pintu. Ruang lemarinya tak mampu menampung bagpackku yang besar. Ada juga satu meja kecil dan kursi, jendela dan kapsul bed itu sendiri. Di kapsul berbentuk kotak kuning itu, bukan cuma terdapat bed dan bantal saja, melainkan ada tv tabung kecil tergantung, penghangat,dan lampu. Semuanya itu dihidupkan dalam satu saklar saja. Efisien sekali. Unik menurutku juga. _Btw, bagi kamu yang fobia ruang sempit, mending jangan pilih kapsul bed deh, pilih saja kamar futon atau kamar single bed tipe lainnya di hotel ini_
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
KAMAR mandi.
Istirahat sejenak meluruskan kaki, lantas pergi mandi. Di hotel ini kamar mandi dan ruang rias tamu terpisah. Lengkap juga amenities mulai dari sabun, sampo, kondisioner, air panas dan air dingin. Kamar mandinya imut banget, kalau mandi antri. Antrinya tertib banget duduk di sofa di sebelah kamar mandi. Jepang ini memang unik dan serba teratur di segala lini.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
RUANG RIAS persis di lorong. Jadi kalau ada tamu yang lewat, cuek saja sambil make up-an.
Hotel ini sangat bersih sekali, dapurnya pun sangat lengkap. Jadi, setelah mandi itu, saya niatnya tidur-tiduran saja dulu, sembari urut kaki yang sakit banget karena kecapean dan luka efek pemakaian boot Docmart seharian. Tiba-tiba mas Eric dari kamar sebelah ngetuk pintu mengajak makan malam.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
DAPUR di Shin Imamiya Hotel.
"Chay nggak makan? masak mie instant yuk," ajak Eric sambil mengetuk pintu kamarku. Maka jadilah Eric masak mie instan yang ia bawa dari Malaysia, sedangkan saya makan mie seduh yang dibawa dari Indonesia. Kami pun makan di dapurnya yang memiliki peralatan dan perlengkapan serba lengkap. Usai makan, kami mencuci peralatan dan membersihkannya seperti sedia kala.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
Glico Man yang fenomenal (menurutku biasa aja sik) di Osaka.
Pokoknya ini hotel rekomendasi banget deh. Sudah harganya murah cuma bayar 2.100 yen melalui booking dot com, fasilitasnya juga lengkap, jaringan Wifi lancar jaya, bahkan bisa telpon emak dan sodara ke Indonesia via jaringan WA tanpa ngadat. Dan lokasinya itu lho, strategis ke mana-mana.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
DUA perempuan asal Sapporo yang minta tolong padaku untuk memotret mereka dengan latar belakang Glico Man di Dotonbori.
Usai makan, kami berencana keluar menikmati malam Osaka ke kawasan Namba dan Dotonburi. Namun sebelum itu, terlebih dahulu kami mencari minimarket Lawson atau 7-11 terdekat untuk membeli colokan listrik ala Jepang dan  cari sendal jepit karena sudah tak tahan lagi pakai si Docmart yang kurang bersahabat banget apabila dipakai berhari-hari dengan kegiatan jalan kaki sepanjang hari. Bagian atas tumit kaki-ku ruam dan luka dibuatnya.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya,
PUSAT perbelanjaan Maruhan dekat hotel Shin Imamiya.
Tak berhasil mendapatkan colokan di minimarket, memilih ke tempat lain, dan saat pencarian itu, bertemulah kami dengan pusat perbelanjaan Maruhan. Masuklah ke sana. Niatnya sih beli colokan listrik dan sandal. Tapi akhirnya? Eric belanja cemilan banyak banget, beli kaus kaki, dan saya yang niatnya beli sandal, ujung-ujungnya malah jadi beli sepatu boot Le qoc sportif yang lagi promo 5600 yen. Dipakainya enak banget, ringan dan gak bikin sakit. _Bukan iklan_
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
DAISO di Shin Imamiya.
Kelar? belum. Pas mau pulang dari Maruhan, eh di seberangnya terpampang nyata DAISO, surga tempat belanja dengan harga murah (Padahal di Singapura ini ada ya kan? tapi bela-belain belanja langsung dari negara asalnya). Saat hendak menyeberang, eh kami diperlihatkan dengan empat pria tengah berantem. Dua diantaranya saling gebuk dan teriak, dua-nya lagi berusaha melerai.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
TAMPARI bang, iya, tendang mukanya, jambak rambutnya.. wkwkwk..
Menonton dulu _Indonesia banget yak_, eh kok orang-orang sana lihat sekilas lalu berlalu begitu saja sih? ya sudah kami pun ikutan berlalu meninggalkan mereka yang lagi berantem. Sesampai di Daiso, eh Daisonya sudah tutup, dan dengan lesu memilih kembali ke hotel dulu antar barang belanjaan, baru lanjut ke Dotonburi.
Osaka, Jepang, Shin Imamiya
OSAKA tower di Shinkekai, kawasan Shin Imamiya.
Di perjalanan pulang dari Dotonburi, kawasan pinggir jalan menuju hotel tempat menginap, tiba-tiba sudah berubah menjadi tempat ngumpul-ngumpul anak muda. Dan anehnya, ada yang tergeletak di pinggir jalan karena mabuk, ada yang pipis dekat parkiran sepeda, dan bahkan ada yang dipapah keluar warung kecil sembari yang dipapah itu teriak-teriak tak jelas. _Wow banget, is it Japan?_
Osaka, Jepang, Shin Imamiya

And you know guys? usut punya usut setelah kami meninggalkan Osaka menuju Kyoto. Oleh teman yang tinggal di Fukui, Ia cerita ternyata kawasan Shin Imamiya, tempatku menginap di Osaka adalah kawasan yakuza, dan sarang para mafia. Tak hanya itu saja, kawasan ini juga merupakan area malam alias red light district di Osaka. What? pantesan saja malamnya di sana itu agak mencekam dibanding kawasan Dotonburi yang ramai tapi friendly sekali. Ah tapi santai waelah, buktinya kami aman, nyaman, tenteram gemah ripah loh jinawi kok selama di sana. Meskipun tidur di kawasan yakuza, baik saya dan mas Eric malah tak bertemu ama yakuza-nya, cuma agak terganggu tidur doang karena suara kereta yang lewat dan beberapa kali tremor akibat gesekan rel yang berdampak ke hotel dan gedung-gedung lainnya di kawasan itu. 

Ah coba tahu tidur di kawasan Yakuza saat masih di Osaka, kan bisa say hello dulu ama babang Yaku (za).. hehe. ***


INFORMATION:
Hotel Shin-Imamiya
557-0004, Osaka, Nishinari-ku Haginochaya 1-2-20
(557-0004, 大阪市, 西成区萩之茶屋1-2-20)
Phone: +81666473777

30 comments :

  1. hati hati kak kamu diculik lalu dijadiin bintang film hentai

    www.dananwahyu.com

    ReplyDelete
  2. Apa itu hentai? Hentai hentai bumi ya? Hahaha

    ReplyDelete
  3. Jangan-jangan yang lagi berantem itu anggota Yakuza juga kak Chay?
    Kamarnya yg penting bersih jadi terasa nyaman2 aja ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. i don't know.. saya ga berani dekat2 dong ama itu yang berantem. hehe

      Iya, kamar di Shin imamiya bersih banget. Sukaaa

      Delete
  4. Hentai...
    Lalu klik di mbah google hihi.

    Itu pakai bahasa kalbu berarti tentang cinta dong? Hehe

    Btw keren kunjugangannya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Owalah.. hentai itu bermakna negatif toh? haha

      Terimakasih

      Delete
  5. Jepang emang terkenal ama kebersihannya. Teratur dan tertata dalam segala hal. Salut banget ama negara satu ini. Jangan jangan waktu chaycya nginap, yakuzanya lagi cuti. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba, Saya suka segala keteraturan di sana. Hahaha iya bisa jadi lagi cuti yak. hehe

      Delete
  6. Bisa jadi pilihan nih kalo ke Jepang. Osaka masuk list

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga informasinya membantu untuk list Osakamu ya. :)

      Delete
  7. Wkkkk, aku tahun 2013 waktu masih cupu-cupunya traveling, nginapnya di Bukit Bintang. Hampir mirip sama kondisimu kak, ada yg berantem pecahin botol ke kepala, darahnya kemana-mana. Gaylah, yang mabok2an dijalan, malamnya rame banget. Pas pagi hari, sepi kayak kota mati.

    Me, phobia sempit juga, tapi kalo udah terlanjur booking mau diapain lagi ya kan, hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pengalaman tak terlupakan liat yang begituan ya Eka.

      Delete
  8. Tempatnya bersih dan mudah dijangkau ya... Nginap di tempat ginian pengalamannya lebih seru...

    ReplyDelete
  9. Wah..pengalaman unik ya menginap di daerah Yakuza.. tapi kalau tahu sebelumnya tetap akan .merasa aman gak? Hehe..

    ReplyDelete
  10. Kalau sudah tahu sebelumnya penginapanmu terdapat di daerah “begitu”, apakah akan ganti tempat?

    Ahaha, kalau aku sih malah nyari tempat-tempat yang begitu. Mau cari pengalaman seru aja.
    Jarang nih baca cerita gini, seringnya baca cerita orang-orang main ke Tokyo Disney.

    Thanks sudah berbagi yaaa

    ReplyDelete
  11. Hhha sampe ketemu orang berantem ya, pengalaman menarik juga. Aku belom sampe Osaka waktu ke Jepang, bisa jadi bahan referensi neh kl kapan2 ke sana.

    ReplyDelete
  12. Seru bener nginep di area Yakuza. Bobonya bisa syantik dong ya di tempat tidur ala kapsul gitu. Banyak wasfatel kelihatan bersih. Kamar mandinya berjejeran gitu. Lucu juga ya kalau penginapan ga ada plangya hihihi pengalaman menyenangkan pasti yaaa :D

    ReplyDelete
  13. Kalau sebelumnya udah tau itu daerah Yakuza bakal tetep nontonin yang berantem, gak? Hihihi. Tapi, pastinya perjalanan berkesan

    ReplyDelete
  14. Ohayoooo, mau banget ke jepang semoga diberi kesempatan buat dateng ke nippon :D

    ReplyDelete
  15. Seruuuu!!!
    Malah bisa lihat sisi lain Jepang yang nggak melulu rapi dan disiplin dong.

    ReplyDelete
  16. Aku pun pernah mba nginep di redlightdistrict. Ga ada gangguan sih aman-aman aja. Palingan ga aman cuma ditawarin masuk ke club atau tontonan dewasa aj HAHA dan lucunya lagi yang nawarin itu bukan orang jepang melainkan orang kulit hitam. :D

    ReplyDelete
  17. Tempat tidurnya mungil juga yah, hehw.. Untung nggak jatuh kak

    ReplyDelete
  18. Dilema juga, hotelnya deket banget stasiun tapi tidurnya jadi rada keganggu ya karena deket rel kereta.. hehe.. Seru mba pengalamannya, sampe ketemu orang berantem di jalan.. Tapi untung aman-aman aja ya pas nginap di sana..

    ReplyDelete
  19. Belum pernah ke Jepang, tapi pengennnn...
    Safe dulu postingannya, bisa jadi referensi nantinya, TFS Mbaa

    ReplyDelete
  20. Pengen juga kapan-kapan ke Jepang. Merasakan tidur di hotel imut kayak gitu. Kadang masih heran ama gaya hidup orang Jepang yang serba tertib dan bisa gitu lho tinggal di rumah sempit yang seuplekan serba minimalis. Makasih sharingnya...

    ReplyDelete
  21. Untung diselamatkan Tuhan , ga Ada kejadian apa2 selama disana ya. Haha. Tapi seru bisa jadi bahan tulisan. Btw sepatu Le Coq sportive nya ga dipajang? Mau liat deh

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah ya aman saja hihi kan niatnya buat menjelajah ya bukan mengganggu, seru juga hotelnya serba efisien ya kalau Jepang

    ReplyDelete
  23. Ini kalau di Indonesia, orang berantem ditontonin dulu, dividioin eh besoknya malah viral. Hahahah
    Kukira orang-orang berandal begitu cuma ada di Jakarta ini :D

    ReplyDelete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler