Catatan Perjalanan dari VIetnam (2)

Sedapnya Pho Bo di Bui Vien
(Captionnya Sesuai judul deh. hehe/Foto by me, COS)
OKE,kali ini aku melanjutkan tulisan ini di kantor. Ha? Sabtu ngantor juga? Ah eeelaaah, yoi ma mennnnn, gue kerja, demi nabung beli tiket pesawat, supaya bisa jalan-jalan lagi.

Yep, sudah tiga minggu berjalan gue jadi salah satu anggota tim Editor Minggu di kantor. Otomatis, Senin sampai Sabtu gue kerja, Minggu libur. "Lha? Sabtu lo ga malam mingguan?" Ya enggaklah, gue hmm  jomblo merangkap LDR. Situ ngerti LDRkan? itu lo, salah satu kamera jenis profesional (Jangan tanya fotografer, kena bully lo ntar). Lagian situ ngebet banget mau tau seh? pliss deh ah rumpiii deh kamu!!! (Aduh, gue ngomong ama siapa yak?).

Bali ke tema di atas, Sedapnya Pho Bo di Bui Vien.

Pho Bo itu apaan seh? Nah, saat merencanakan perjalanan solo ini, aku sudah membayangkan di negara asalnya ini, aku harus menikmati Pho Bo sepuasnya. Bodoh amat, mau enak atau ga enak, pokoknya harus icip. Nah jadi gini, Pho Bo ini adalah Mie Vietnam, lebih tepatnya Mie Sop Vietnam, yang disajikan dengan mie putih lebar, irisan daging sapi tumis, potongan daun bawang, tauge matang yang disiram dengan kuah kaldu sapi.

Saat disajikan, si penjual juga akan menyajikan lalapan tambahan seperti daun kemangi, daun basil, dan juga kecap cabe Vietnam, dan potongan cabe dan sejenis srei, dan cuka.

Usai check in, memilih private room dan membayar USD 12 kepada Tom, dia pun mengantarkan aku dan membawa tasku ke lantai tiga. "Enjoy Vietnam," ujarnya tersenyum.

Di private room ini, aku mendapatkan double bed, satu kamar mandi khusus lengkap dengan shower, air panas dan air dingi, AC, dan juga TV serta lemari. Tapi kok agak horor yak? agak lembab gimana gitu deh. Ah tapi saya tak pedulikan, Langsung membasuh kaki ke kamar mandi, lalu baring. Telentang sambil melihat atap kamar. "Thank God, i'm safely stay at Vietnam now. Guide me all day long..Thankyou" aku berdoa.

Pukul 17.00 WIB (Tidak ada perbedaan waktu Indonesia bagian barat dengan Vietnam. Zona waktu mereka sama dengan Indonesia, Cambodia dan juga Thailand di GMT +7), menyalakan televisi, eh ada sinetron Vietnam. Yaaa, ga jauh beda dengan sinetron Indonesia, masih seputar percintaan yang tak disetujui orang tua, karena si gadis dari keluarga sederhana, hanya seorang guru, tapi si pria anak orang kaya sangat mencintai si gadis, berantem dengan mamanya saat sarapan pagi di meja makan, saling kejar melow ama si gadis di sekolah tempat si gadis mengajar. Ya gitu deh. Trust me, even i don't understand apa yang mereka cakapkan dalam film itu karena menggunakan bahasa Viet, tapi dari bahasa tubuh dan gambar yang tersaji, pasti ceritanya seperti itu dah.. hahahaha (Sok jadi pengamat sinetron ih).

Matiin Tv, tiduran lagi, lalu mandi. Guyur badan pakai air panas untuk ngilangin lelah. Lama. Pukul 18.15 WIB, aku keluar. Menenteng tas pundak dan kamera di pundak kanan. Then, turun ke lobi. Saat di tangga, Tom si pemilik hotel menyapaku. "Wanna round the city?".

Langsung duduk di hadapannya. Aku minta bantuan Tom untuk menunjukkan lokasi jajanan malam di kawasan ini. "Before i saw you where is the cheap food here, hei, kameramu sebaiknya kalungkan saja, tas-mu juga hati-hati. Banyak perampok dan orang jahat berkeliaran, hati-hati," ujarnya.

Selanjutnya, dengan mengambil peta fotocopian, Tom memberikanku petunjuk jajanan malam di kawasan backpacker ini. Dia mengarahkanku, keluar dari De Tham menuju Pham Ngu Lao, harus berbelok kanan, lalu jalan terus. "From our hostel, go to Pham Ngu Lao, turn right, then just go straight, only 100 meters. You can see Pizza Hut on cross, then turn right. This is Bui Vien Street, all street long, so many food, from local to international food, you free to choose," ujarnya.
(Bui Vien Street, Ho Chi Minh/Foto by me, COS)
"Thanks Tom, (informasimu sangat jelas. Kamu cocok jadi guru ih, dijamin dah siswanya ga ngantuk. hehe...).

Sesuai instruksi Tom, sambil menenteng peta yang aku gondol dari bandara, aku pun berangkat ke Bui Vien. Tujuannya untuk makan malam. Benar, di sepanjang jalan ini, seluruhnya makanan. Para turis sudah mulai berkelompok duduk di kursi dan meja kecil menikmati menu mereka masing-masing, mulai dari buah potong, sotong pipih, aneka seafood lainnya, dengan aneka minuman seperti beer, cola dan minuman lokal lainnya.
Sambil sesekali mengabadikan momen lewat kameraku, tiba-tiba aku tertarik melihat wanita penjaja buku perjalanan. Menggunakan topi Vietnam, klo di Indonesia itu disebut topi petani, mereka memundak puluhan buku dan menjajakannya. Sangat kuat sekali. Ada lagi yang menjual aneka souvenir sambil memapahnya di pundak. Kuat sekali wanita Vietnam ini.

Hingga akhirnya aku tiba di ujung Bui Vien. Di sebelah kiri, tiba-tiba mataku tertuju pada warung pinggir jalan. Di gerobaknya bertuliskan "Pho Bo", didukung ramai orang yang makan, baik warga lokal maupun turis asing. Aku mendekat, mejanya bersih dari aluminium, ibunya juga rapi, "Wah, layak dicoba neh," pikirku. Tapi berhubung masih padat, aku pun menyeberang lagi, masuk distro Orange, produk lokal Vietnam.

Di sana, aku bertemu Tien, pekerja di distro tersebut. Dia perempuan ramah dan baik. Sepertinya, di hari pertama ke Vietnam ini, aku mendapatkan keramahan dan lucky me, yep,i'm so lucky.

Gue: (Clingak-clinguk liat aneka pakaian dan tas dengan motif lucu khas perjuangan Vietnam)
Tien: Excuse me Miss, can i help you something?
Gue: (Senyum) aku hanya melihat-lihat saja.
Tien: Silakan.
Gue: (Lalu menuju keluar), ngintip itu Warung Bakso Bu Paijo apa udah sepi pengunjung belum? oh ternyata udah lumayan sepi. Jadilah aku pergi, tapi sebelumnya, aku berpesan kepada Tien, bahwa aku akan kembali lagi nanti.

Jeng jerejeng jeng jeeeeeeeeeeeeeeeeennggg!!!!...

Aku pun nyebrang, sebelum duduk, terlebih dahulu aku ngintip kuah soup di dandang si ibu Pho Bo. Ada dua jenis, di dandang pinggir rada berminyak, di bulatannya kuah putih untuk rendam mie Pho.
Si ibu Pho memandangiku heran. Lalu dia berbicara bahasa Viet. Ya jelas gue ga ngertilah.

"Is it Pho?", "Yes," ujar si Ibu. (Ya iyalah yak, udah jelas ditulis Pho Bo diatas gerobaknya, pake acara tanya lagi gue. Ahhh elah lo chay..)

"Chicken or Beef?". "Beef.. Beef" ujar si Ibu.
(Mrs Pho Bo/Foto by me, COS)
Oke, aku pun pesan satu. Hanya sebentar, tak sampai 10 menit, hidangan Pho Bo pun ada di depan mata. Seporsi Pho Bo disini, bisa dinikmati dua sampai tiga orang. Gede banget. Potongan dagingnya pun tipis segar.. Wuidih, racik bumbu alias masukin sambal Viet, cuka ama cabe potong, cumut-cumut daun basil ke dalam,aduk, slurrp kuahnya dulu.. endaaaaaaaannnng eh enak banget. (ga ngerti apa karena gue kelaperan atau memang itu benar-benar enak, tapi karena benar2 enak, sedap, ya keesokan harinya, gue memang balik lagi kesitu..hahaha).

Ada yang unik, saat meracik bumbu ke mie Pho, aku memasukkan tiga sendok sambel Viet yang coklat dong. Tiga orang dalam satu keluarga memandangku heran. Lalu mereka berbahasa Viet satu sama lain, dan putrinya bergidik melihat sambel yang banyak di mangkok Pho ku.

Si Ibu: Not Vietnamesee?
Aku: No, i'm not. I am Indonesian
Si Ibu: (Senyum) aaa..en do nesiaaaa.,, (lalu menunjuk mangkokku,dan mengibaskan mulutnya). Hot.. so spicy.
Aku, suaminya dan putrinya: (Tertawa. oh jadi karena sambel segaban ini, kalian heran???)... hahaha.. not too spicy.. its good..

Lalu suami si ibu pun dengan bahasa isyarat menunjukkan satu sendok sambel, ambilnya seuprit, lalu menunjukkannya ke aku. lalu kibas-kibas mulutnya. Mungkin maksudnya, "segini saja, udah pedas neng"  . Yeee, si bapak, gue kan pemakan cabe eh suka pedas..ya wajarlah aku pake sambelnya banyak.. hahahaha.. (i think mereka mimpi-mimpi deh..soalnya sampai aku selesai makan, mereka menungguiku kaya nonton pertandingan. Mungkin mereka mikir, segimana tahan seh ini cewe ngabisin itu cabe pake Pho eh Pho pake cabe..hahahaha)
(Pho Bo ala Bui Vien/Foto by me, COS)
(Penampakan Pho Bo yang sudah aku racik dengan bumbu/foto by me,COS)
(Saking sedapnya, hanya sisa ini dong..haha/Foto by me, COS)
Sekejap saja, aku menghabiskan Pho Bo itu. Meski porsinya besar, saat hendak pulang, aku hanya membayar VND 35 ribu, ditambah VND 2 ribu untuk teh tawar dingin, atau kalau ditotal hanya Rp18.500. Menurutku murah.

Kepada pemiliknya, memuji Pho Bo buatannya, karena si ibu tak mengerti bahasa Inggris, aku hanya memuji Pho buatanya dengan jempol. Dia pun tersenyum dan mengucapkan "Kam en".

Tak langsung ke pulang ke hostel, aku pun menepati janjiku kembali ke distro Orange. Disana, aku membeli oleh-oleh buat para kesayangan di Indonesia. (Sebenarnya bukan kesayangan seh, takut diembargo ajah, ntar pulang ke Indonesia, ga bawa oleh-oleh...hahaha..piss mom, bro n fren).

Udahan dulu yeee... Ntar dah gue lanjutin.. udah setengah 6 neh, gue harus kerjain halaman dulu..Maklum, seperti yang gue bilang di atas, kerja, biar dapat duit beli tiket pesawat..eh buat makan dan bertahan hidup juga dink.. hehehe.. (Bersambung)


--Surprise Bday di Negara Uncle Ho..

Post a Comment

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler