Pemberian yang Sempurna

Pemberian yang Sempurna

Selasa, 3 Desember 2013. Barangkali tanggal ini akan bersemayam di hatiku selamanya. Ya, mulai pukul 09.20 pm sampai 00.01 am, karena terpisah oleh jarak, hanya persamaan waktu lewat jaringan nirkabel komunikasi, dia mengungkapkan perasaannya kepada seorang Chahaya.

Tak pernah terpikirkan olehku. Bersamanya, aku merasa bahagia, merasa nyaman dan merasa diperhatikan. Aku lemah di hadapannya, tapi dia tak membiarkan itu.
Aku manja di hadapannya, tapi dengan tangan terbuka dia membiarkannya.
Aku luluh, hatiku luluh, membuka dan menerimanya masuk.

Tak mudah seorang pria masuk ke dunia seorang Chahaya.
Karena selalu membentengi dirinya, yakin mampu dan yang terpenting, tak ingin merasakan sakit karena suatu eros lagi.
Dia lebih menikmati dirinya sendiri, kebahagiannya sendiri. Bukan jadi anti pria bukan, tapi memang dia tak suka terkungkung oleh prianya. Dia suka pria yang mengerti, yang saling perhatian pada porsinya dan saling mendoakan.
Semua ini ada pada pria yang berbicara denganku malam ini.

Bermula dari penugasan. Dia bertugas sebagai perwira bangsa, dan aku bertugas sebagai media yang menyajikan informasi. Hidup mengarungi samudra bagian Barat Indonesia selama seminggu, mandi, makan, ngobrol dan tugas mengawal dalam satu kapal, kawasan di lima tempat berbeda.

Pertemuannya biasa saja. Hanya seorang media dari sipil yang kala itu datang mengenakan backpack merah dan ransel abu-abu. Turun dari mobil, saat itu hujan. Di tangga menuju kapal, di salah satu pelabuhan yang ada di kota ini, dia menyambutku. Ada yang memegang payung, tapi dia menyambutku dengan mengangkat backpack merahku, mengantarku ke dalam kapal.

Masuk dari pintu geladak, buka pintu kanan, turun ke bawah, melewati satu pintu lagi, membuka kamar di sebelah kanan, persis di depan kamar mandi. " kamarnya disini," ujarnya.

Dia mengajariku cara menggunakan toilet kapal perang, memberitahu jadwal makan dan dia mengantarkanku makan bersama perwira diruang khusus, lounge room. Hari pertama, aku gagu, gugup dan merasa tersisihkan diantara 40-an pria. Tapi dengan baik hati, dia mengantarkanku makan, dia makan disitu juga. " ah sudah tugasnya kali ini, melayani jurnalis," pikirku kala itu.

Tak mengerti disituasi mana, tiba-tiba, layaknya kepada seorang teman lama, dia mengungkapkan apa yang menjadi pergumulannya, permasalahannya. " gila, pede bener ini cowo. Ga salah?!" Tapi akhirnya, layaknya sahabat yang membimbing temannya kala butuh bimbingan, aku meyakinkannya. " hadapi masalah!!!".

Seminggu di laut, berpetualangan ke pulau tak berpenghuni bersama rekan BI di kawasan Natuna. Aku mulai merasakan ketertarikan kepadanya. "gila lo chay?! Secepat itukah?! Enggak enggak.. Hush jauh2 deh" pikirku menepis pikiran.

Semakin lama, semakin mendekati akhir misi pelayaran, memberikan kepadaku sebuah barang kesukaannya, yang selalu menemani tidurnya, perhatiannya saat aku demam di Pontianak, berbohong untuk kebaikanku saat kumpul keluarga, membuatku tersanjung. jatuh cinta??? Entahlah. Terlalu dini mengatakan itu.

Tapi, mungkin ini jawaban Tuhan, atas doa tak terucap di hari ulang tahunku. Ketika aku sendiri, sambil terbaring di kamar hotel di Saigon. Aku berdoa " jadilah padaku seperti yang Kau ingini Tuhan. Apa pun itu, keluargaku, jodohku dan pekerjaanku. Aku tahu, Engkau Mahatahu apa yang ada dipikiranku sama seperti Engkau mengetahui jumlah helai rambutku. Ajar aku membuka hatiku. Di dalam nama AnakMu, aku berdoa, Amen".

Jawaban doaku mengenai pria idamanku, dijawab sekarang. Dengan waktuNya yang indah, dia memberikan yang sempurna. Seorang Agustinus, yang aku panggil Mas. Seorang pria yang tertarik padaku tanpa melihat fisik. Seorang pria yang mengungkapkan rasanya, dan seorang pria yang merelakan Beannya kepada wanita yang belum sebulan dikenalnya.

Aku tak mengerti jalan Tuhan, tapi nyata kusadari waktuNya yang terbaik.
Hei kamu Bean!!! Aku membuka hati dan merelakanmu masuk kesana.
Lingkupi dia, dan jagai dia sama seperti kamu menemukan tulang rusukmu yang hilang.
Hibur dia saat menangis dan Jangan buat dia menangis.
Doakan dia menjadi yang terbaik buatmu.
Karena perempuan ini juga menjadikanmu sebagai PEMBERIAN YANG SEMPURNA dalam hidupnya.
Berlayarlah menguji kesetiaan seiring waktu yang berjalan.
Saling mengisi kekurangan masing-masing dan saling melengkapi.

Aku setia.
Aku percaya
Tapi aku tak bermegah.
Karena aku percaya kamu.
Jangan rusak kepercayaanku dengan curiga.
Tapi mari sama2 mendoakan Tuhan beri yang terbaik buat hubungan ini.

I leaved my heart in you. Same like you leaved your heart in me.

God bless us.

Chaycya,
BI, 02.35 am.

Post a Comment

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler