Travel Gift From Lagoi, Bintan (Indonesia yang Belum Merdeka)

Nirwana Beach Ressort, Bintan. Siapa saja yang menikmatinya, pasti terpesona.
 11.00 pm: Apa-apaan ini? Mana pijatannya? Lulurannya, steam roomnya?' Mendadak tubuhku disadarkan, itu hanya ada di alam mimpi,  ya aku bermimpi. Bisa jadi itu efek kelelahan sebagai bagian dari euforia hasil perjalanan ke Bintan hari ini.
Aku terbangun, melihat langit-langit rumah sekejap, bola mata lalu berpindah ke bulatan putih tergantung di dinding kuning soft itu.11.00wib. Terdiam sejenak, melintasi dan membayangkan indahnya mimpi barusan, dan seketika disadarkan 'Oh Tuhan, sakitnya kepalaku' pasti ini karena menu berat hari ini, soup tulang sapi siang hari, dan bakso urat sapi kosong malam hari. Ah sudahlah, itu keteledoran dan pengaturan menu yang tak tepat dalam dunia seorang Chahaya hari ini.

Nirwana Garden Ressort
Eh buset!!! Inikan aku harus ke rumah Yockie sebenarnya, bergabung dengan anak-anak Paradise, kelompok pemuda gereja yang kuikuti setahun belakangan ini, walau sebenarnya, aku agak meringankan diri, malas bergabung akhir-akhir ini.
Di rumah Yockie, dijadikan base acara masak-memasak untuk dijual kepada jemaat esok harinya di pelataran parkir, depan gedung serbaguna Gereja.

Aku melewatkannya, melewatkan latihan juga, tapi tak kuanggap aku bersalah. Kadang dibutuhkan manusia egois pada dunia dan mending lebih fokus pada dirinya sendiri. Setidaknya itu yang kurasakan hari ini.

Psikis, mood yang berubah-ubah hari ini kugeneralisasikan dari sebal kepada seseorang menjadi ke sebagian besar orang. Apakah aku akan membela diri ' ini karena efek 'hari terakhir siklus bulanan' atau PMS moody?' yang jelas sangat berbahaya. Jangan coba-coba sentuh ranah pribadiku, kau akan jadi  korbannya.

Pukul 07.00 am, kami berkumpul di Baloi, berangkat menuju Pelabuhan Punggur di Batam, menuju pelabuhan Tanjung Uban di Bintan utara. Menggunakan feri, hanya 15 menit ke tujuan.
Bersama teman-teman,  Andi, kak Mei, Juni dan Nora,  bertemu dengan Loksa dan rekannya Tian di Tanjung Uban, lalu melanjutkan perjalanan ke Lagoi, salah satu surga pantai nan eksotis di bibir Lautan Pacific nan menawan.

Perjalanan ini awalnya hanya ingin menikmati pantainya, mengabadikan moment, lalu kuliner-an. Nyatanya, alam berpihak pada kami, perjalananku berganti cerita layaknya romansa di negeri Capulet. Langit biru, jalanan hutan lindung ala ressort, air laut tergradasi tiga warna: toska di kejauhan, semakin biru di tengah hingga akhirnya bening di pinggir, diantara kakiku dan pantai berpasir putih yang sangat nyaman sehalus tepung, aku dibuai, kakiku ditampar lembut oleh ombak santai...
oh mennn...semua unsur ada: air, udara, dan batu :)
Aaaaaaghhhhhhhh....ini surga, sejauh mata memandang, pantai putih memanjang menjadi garis tipis diantara rerimbunan pohon hijau, onggokan puluhan batu raksasa menyebar, seolah menantang, datangi aku, nikmati aku, dan aku terbuai, menikmati ketegarannya, kekokohannya bersanding dengan pantai landai itu, menatap lautan bersama. Ini Karibia? Belitung negeri laskar pelangikah? Ah yang jelas, Lovina di Bali dan Patong di Phuket,  seketika terlewat dari pandanganku. KALAH!!!
Mari mandi matahari
neh,tanning yang setengah2 :p
Bersyukur adalah caraku menikmati apa yang diberikan dunia. Kali ini, menikmati alam nan eksotis di negeri tropis ini sangat membuatku " thank God" aku dilahirkan di Indonesia. Tanpa perlu chop paspor, aku disadarkan perjalanan menawan bukan hanya berkelana ke luar negeri saja, ini ada,di hadapan mata, Sang Pencipta menunjukkan salah satunya untuk kunikmati. Ya, di Nirwana beach, Bintan Lagoon.
Di singgasana batu dengan deburan lembut ombak di kaki
Bersama turis Jerman berbikini, samar-samar suara turis China bermain volley, turis manca negara lainnya asyik masyik tour speedboat, banana boat dan berjemur, aku dan para temanku menikmati dunia kami sendiri. Bermain air, mengorek lubang di pasir pantai untuk mencari jawaban misteri jutaan bulir pasir terpola berbintang menyebar di pantai dengan lubang kecil sedalam telunjuk tangan. Kukorek sampai dalam, hanya kerang kecil seperti sempoyong tulip yang kudapatkan.

Kulanjutkan bergabung bersama teman, menaiki batu, menjelajah pantai 200 meter dari pantai utama, menyeberangi 10 meter garis pantai mencapai bongkahan batu dan di depan kami, terpampanglah lagi surga dunia, di kejauhan, rumah berjejer rapi, bertingkat mengikuti alur, atapnya yang merah di selangselingi pepohonan di perbukitan, ya kami menikmati Banyan tree resort dari kejauhan. Mengabadikan moment, tertawa bersama, lalu kembali ke pantai utama.
Tiba-tiba emosi diundang, segala tawa dengan candaan mengejek masih bisa diterima, transaksi wajib menggunakan mata uang negara tetangga sudah diterima hati sejak pertama kali dulu ke Lagoi, dan lagi (bayangkan kawan, ini negaraku, ini Lagoi di Indonesia, mata uangnya Rupiah, tapi disini, itu tak berlaku, mata uang wajibnya, Dolar Singapura) ditandai dengan membeli air mineral kemasan yang di pelabuhan hanya Rp 3 ribu perak. Sementara di sini, jangan harap!! 2 dolar per botol, yang kalau dikonversikan, Rp 16 ribu. Untuk kedua kalinya aku bertanya, Lagoi masuk ke bagian negara republik mana?

Emosi makin teraduk, saat sedang menikmati mandi matahari di dudukan banana kuning ala pantai, tiba-tiba, security alias satpam ressort, S Mulyono menyuruh kami pindah. "maaf mas, mbak, ini pantai hanya diperuntukkan untuk mancanegara, pengunjung lokal ada di sebelah kiri sana," ujarnya sedikit memaksa ngalah-ngalahin belagunya polisi Malaysia.
Menunggu jadwal pulang
Kami pindah, aku mengemasi barangku dan pindah. Di perjalanan ke pantai Peruntukan warga LOKAL,  aku berpikir: lagi??? Diskriminasi banget ini. Sial, setan alas benar sekuriti itu, dia Indonesia juga, tapi udah ngebossy ajah, promancanegara pula. Aku maklum, dia hanya menjalankan tugas dari dunia bisnis turisme ini.

Kawan, kukatakan padamu, belum sepenuhnya negeri ini merdeka. Merdeka dari penjajahan perang fisik iya, tapi merdeka dari monopoli, imperialisme ekonomi, ah jangan bermimpi kamu, itu masih jauh dari merdeka dan sangat dekat dengan PENJAJAHAN.

Sebagian memang bangga, ada satu kawasan di negeri, menggunakan dolar sebagai transaksi.
Aku tak bangga sama sekali, dimana harga diri RUPIAH??Indonesia?
Terjajah!!!

Warna-warni perjalanan hari ini, mengalami secuil potret suram masalah dalam negeri di bidang pariwisata, mengatasi 'keterlaluannya' seorang teman. Namun aku bersyukur, setidaknya, di negeri ini, di bumiku, bumi manusia Indonesia ini, aku bisa menikmati indahnya dunia,  baik dan ramahnya alam menunjukkan kemolekan dan keeksotisannya, tapi disisi lain, menunjukkan egoisnya satu titik kawasan itu. ***

Perjalanan

Dalam perjalanan, tak melulu kamu harus melihat yang indah-indah
Dalam perjalanan, tak melulu kamu harus tertawa riang bersama rekan pengembara. Kadang tak terima, kesal,lalu menunjukkannya dengan air muka itu jauh lebih baik daripada memaki. Jaga logika dan sikapmu.
Dalam perjalanan, tak melulu kamu mengetahuinya, tapi kamu wajib mengetahuinya
Dalam perjalanan, tak melulu hanya sebagai bagian dari mengisi waktu kosong, lari dari rutinitas kerja, tapi,
Dalam perjalanan, itu pasti nyata bagian dari kontemplasi.
Merenung akan diri
Merelung akan alam
Melihat sesama
Menikmati karya Semesta
Berdamai dengan hati
Mencicip cinta
Dan
Bersyukur atasnya
jumping to the max.. How beautiful God created


With warm regards,
Chaycya
Nirwana Beach ressort, Bintan Lagoon
 Lagoi,Indonesia

Diatas buaian lautan pacific, kupersembahkan ini kepadamu rekan seperjalanan
1 Juni 2013

2 comments :

  1. wahh,, keren juga ya pantainya.
    jd pengen nih, hhahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Hendra Wahyu,

      Iya, rata-rata pantai di kawasan Lagoi, di Bintan emang keren. Terimakasih sudah berkunjung.

      Delete

Designed by catatan traveler | Distributed by catatan traveler